cnn indonesia |
Malam itu, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Kota
Surabaya yang selama beberapa hari diguyur hujan lebat, mendadak berhenti. Bulan
Desember memang selalu mencurahkan kucuran air cakrawala dalam jumlah jutaan
kubik. Tetapi tidak untuk malam itu.
Genting yang beberapa hari selalu basah ditimpa titik-titik
air, mendadak kering. Saya melongok keluar melalui jendela kamar kontrakan yang
terbuka. Menatap hamparan luas langit Surabaya. Tiada segumpal pun awan yang
menutupi langit malam, walau hanya sekepal.
Cerah sekali.
Terlihat lintang
panjersongo (bintang Alpha Centaury) bersinar benderang di atas mercusuar
bandara Juanda. Pelabuhan udara berkelas internasional itu letaknya hanya
beberapa ratus meter dari kamar kontrakan saya.
Sambil menyesap sisa kopi yang telah dingin, saya menatap
jarum jam dinding yang tergantung di sudut kamar.
“Masih lima belas lagi,” gumam saya dalam hati.
Buru-buru saya mematikan laptop usang, megurungkan niat
menyelesaikan editing serial “Baratha Yudha” yang tak kunjung usai
berbulan-bulan. Sembari meletakkan tas butut yang telah mengelupas logo
ACER-nya, saya menarik jaket kumal kesayangan.
Warkop Pak Dhe. Kedai kopi kaki lima yang menjadi langganan
berhutang anak-anak perantauan itu yang menjadi tujuan saya. Lapak yang
terletak di pojok perempatan kampung itu, senantiasa menjadi tongkrongan para
bolamania.
Malam itu adalah malam di mana seluruh ketegangan terasa
menjalar di sekujur tubuh. Adrenalin dipaksa terus naik dari menit ke menit,
sejak pagi hari.
Indonesia harus berjuang hidup mati menghadapai tuan
rumah Vietnam pada secon leg semifinal Piala AFF 2016.
Meski hanya membutuhkan hasil seri, setelah pada leg
pertama di stadion Pakansari, Cibinong, kita menang dengan skor 2 – 1, menghadapi
laskar The Golden Star (julukan
timnas Vietnam) di kandang mereka, stadion My Dinh, Hanoi tentu tidaklah mudah.
Apalagi, Vietnam juga mengincar kemenangan untuk mewujudkan ambisi lolos ke
babak final.
Saya memesan secangkir kopi Mocca. Kopi kedua yang saya
sesap pada malam itu.
Ketegangan terasa memuncak, ketika saya dan puluhan
pengunjung warung kopi hanya membisu dan tak berkedip menatap layar kaca. Ingin
sekali rasanya saya berdiri, lalu menghormat. Lagu kebangsaan kita, Indonesia
Raya sedang dikumandangkan di stadion My Dinh.
Saya melirik ke arah salah satu anak muda yang duduk di
pojok warung. Dia nampak bertepuk tangan secara sembunyi-sembunyi, mencoba
menyemangati para pemain merah putih dengan caranya yang konyol itu. Hal yang
sebenarnya diam-diam juga saya lakukan. Meski hanya dalam hati.
Selama empat puluh lima menit, saya dan puluhan
pengunjung warung kopi Pak Dhe dipaksa menahan mules di perut. Penyebabnya,
pertahanan kita tiada henti dibombardir oleh barisan penyerang Vietnam.
Beruntung, gawang Kurnia Mega masih tetap perawan.
Tepat menit ke-54, semua orang melonjak dan berteriak sekeras-kerasnya,
ketika Stefano Lilipaly berhasil memanfaatkan umpan emas Boas Salossa. Di luar
dugaan, Indonesia yang terus ditekan sepanjang babak pertama, justru mampu
mencetak gol lebih dulu ke gawang Vietnam.
Satu bola Indonesia memimpin atas Vietnam malam itu.
“Diamput!”
“Asu!”
“Mbokne Ancuk!”
Aksi brutal kiper Vietnam, Tran Nguyen Manh yang menjejak
Bayu Pradana, membuat suasana warung kopi Pak Dhe memanas. Umpatan khas arek
Jawa Timur bersahut-sahutan keluar dari mulut cablak kami.
“Kapok ... modiarrr
koen!”
Serempak para pengunjung warung kopi Pak Dhe bereaksi
kembali ketika wasit mengganjar kartu merah untuk penjaga gawang Vietnam.
Namun, bukan tuan rumah Vietnam jika tidak selalu
menyuguhkan permainan dengan determinasi tinggi. Kalah dalm jumlah pemain,
justru The Golden Star menggila. Indonesia digempur dari berbagai sektor pertahanan.
Alhasil, pada menit ke-82 jebol juga gawang Kurnia Mega oleh aksi Vu Van Tanh.
Gol yang membuat Vietnam seperti mendapatkan nyawa
tambahan lagi. Terbukti, saat injury time, Vu Min Tanh membuat Kurnia Mega
kembali memungut bola dari jala gawangnya sendiri.
Agregat gol menjadi 3-3.
Harus ada babak tambahan untuk mendapatkan siapa yang berhak
menapak babak final.
“Hooooooo!!!”
Kembali kami berteriak serempak, ketika kiper pengganti
Vietnam, menjatuhkan Ferdinand Sinaga. Wasit menunjuk titik putih pertanda tendangan
pinalti yang dihadiahkan untuk Indonesia. Manahatti Lestusen sukses menjalankan
tugasnya. Skor menjadi 2 – 2. Kita berhasil menyamakan kedudukan oleh gol pemain yang juga
anggota TNI itu. Gol yang membuat nyali para pemain Vietnam runtuh dan tidak
berbekas di sisa perpanjangan waktu.
Unggul dengan agregat 4-3 membuat Indonesia menorehkan
sejarah dengan tinta emas. Kesekian kalinya, laskar merah putih berhasil menghentikan
langkah sang tuan rumah Vietnam.
Hari itu, stadion My Dinh, Hanoi Vietnam benar-benar
menjadi kuburan bagi laskar The Golden
Star.
Setelah pertandingan, saya bergegas pulang ke kamar
kontrakan. Kembali saya dongakkan kepala ke atas cakrawala Surabaya. Bintang Alpha Centaury tampak semakin terang di sana.
-o0o-
Hampir setahun, kenangan indah itu telah berlalu.
Sore ini, 11 September 2017, tim nasional Indonesia U18
yang kembali dilatih Indra Safrie akan bersua kembali dengan The Golden Star,
Vietnam. Dua hari kemarin, mereka berhasil menggeser posisi Sang Garuda dari
puncak klasemen setelah unggul dalam selisih gol, meski sama-sama mengoleksi
enam poin.
Vietnam selalu memberikan suguhan permainan yang membuat
barisan pertahanan Indonesia bekerja keras. Hampir di semua kejuaraan yang
mempertemukan kedua negara, mereka selalu unggul dalam penguasaan bola.
Tetapi, jangan lupa bahwa Indonesia selalu menjadi mimpi
buruk bagi Vietnam. Dalam setahun terakhir, laskar merah putih telah dua kali
membuat pasukan bintang emas menangis. Pertama,
pada semifinal Piala AFF 2016, Boas Salossa dkk. mengubur mereka di kandang
sendiri. Kedua, pada penyisihan grup Sea Games bulan lalu, lagi-lagi Indonesia
memupuskan harapan Vietnam untuk lolos ke babak semifinal.
Semoga statistik terulang kembali sore ini. Semoga tuah
dari coach Indra Safrie masih berlaku bagi tim nasional Garuda U18.
Jayalah Indonesia. Negeri tercinta, tumpah darahku.
(
Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost
Semoga Indonesia bisa mengalahkan Vietnam lagi.
BalasHapushahaha seru ya kalau nobar begitu..
BalasHapusJadi kangeeen nobar lagi nih. Dulu sih kalo gak nonton di stadion gak puaass.. Hehe
BalasHapus@all.
BalasHapusKita menangis ... 😢😢😢