Senin, 11 September 2017

BINTANG ALPHA CENTAURY DI ATAS LANGIT SURABAYA (Kilas Balik Indonesia versus Vietnam)



cnn indonesia



Malam itu, tidak seperti malam-malam sebelumnya. Kota Surabaya yang selama beberapa hari diguyur hujan lebat, mendadak berhenti. Bulan Desember memang selalu mencurahkan kucuran air cakrawala dalam jumlah jutaan kubik. Tetapi tidak untuk malam itu.

Genting yang beberapa hari selalu basah ditimpa titik-titik air, mendadak kering. Saya melongok keluar melalui jendela kamar kontrakan yang terbuka. Menatap hamparan luas langit Surabaya. Tiada segumpal pun awan yang menutupi langit malam, walau hanya sekepal.

Cerah sekali.

Terlihat lintang panjersongo (bintang Alpha Centaury) bersinar benderang di atas mercusuar bandara Juanda. Pelabuhan udara berkelas internasional itu letaknya hanya beberapa ratus meter dari kamar kontrakan saya.

Sambil menyesap sisa kopi yang telah dingin, saya menatap jarum jam dinding yang tergantung di sudut kamar.

“Masih lima belas lagi,” gumam saya dalam hati.

Buru-buru saya mematikan laptop usang, megurungkan niat menyelesaikan editing serial “Baratha Yudha” yang tak kunjung usai berbulan-bulan. Sembari meletakkan tas butut yang telah mengelupas logo ACER-nya, saya menarik jaket kumal kesayangan.

Warkop Pak Dhe. Kedai kopi kaki lima yang menjadi langganan berhutang anak-anak perantauan itu yang menjadi tujuan saya. Lapak yang terletak di pojok perempatan kampung itu, senantiasa menjadi tongkrongan para bolamania.

Malam itu adalah malam di mana seluruh ketegangan terasa menjalar di sekujur tubuh. Adrenalin dipaksa terus naik dari menit ke menit, sejak pagi hari.

Indonesia harus berjuang hidup mati menghadapai tuan rumah Vietnam pada secon leg semifinal Piala AFF 2016.

Meski hanya membutuhkan hasil seri, setelah pada leg pertama di stadion Pakansari, Cibinong, kita menang dengan skor 2 – 1, menghadapi laskar The Golden Star (julukan timnas Vietnam) di kandang mereka, stadion My Dinh, Hanoi tentu tidaklah mudah. Apalagi, Vietnam juga mengincar kemenangan untuk mewujudkan ambisi lolos ke babak final.

Saya memesan secangkir kopi Mocca. Kopi kedua yang saya sesap pada malam itu.

Ketegangan terasa memuncak, ketika saya dan puluhan pengunjung warung kopi hanya membisu dan tak berkedip menatap layar kaca. Ingin sekali rasanya saya berdiri, lalu menghormat. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya sedang dikumandangkan di stadion My Dinh.

Saya melirik ke arah salah satu anak muda yang duduk di pojok warung. Dia nampak bertepuk tangan secara sembunyi-sembunyi, mencoba menyemangati para pemain merah putih dengan caranya yang konyol itu. Hal yang sebenarnya diam-diam juga saya lakukan. Meski hanya dalam hati.

Selama empat puluh lima menit, saya dan puluhan pengunjung warung kopi Pak Dhe dipaksa menahan mules di perut. Penyebabnya, pertahanan kita tiada henti dibombardir oleh barisan penyerang Vietnam. Beruntung, gawang Kurnia Mega masih tetap perawan.

Tepat menit ke-54, semua orang melonjak dan berteriak sekeras-kerasnya, ketika Stefano Lilipaly berhasil memanfaatkan umpan emas Boas Salossa. Di luar dugaan, Indonesia yang terus ditekan sepanjang babak pertama, justru mampu mencetak gol lebih dulu ke gawang Vietnam.

Satu bola Indonesia memimpin atas Vietnam malam itu.

“Diamput!”

“Asu!”

“Mbokne Ancuk!”

Aksi brutal kiper Vietnam, Tran Nguyen Manh yang menjejak Bayu Pradana, membuat suasana warung kopi Pak Dhe memanas. Umpatan khas arek Jawa Timur bersahut-sahutan keluar dari mulut cablak kami.

Kapok ... modiarrr koen!

Serempak para pengunjung warung kopi Pak Dhe bereaksi kembali ketika wasit mengganjar kartu merah untuk penjaga gawang Vietnam.

Namun, bukan tuan rumah Vietnam jika tidak selalu menyuguhkan permainan dengan determinasi tinggi. Kalah dalm jumlah pemain, justru The Golden Star menggila. Indonesia digempur dari berbagai sektor pertahanan. Alhasil, pada menit ke-82 jebol juga gawang Kurnia Mega oleh aksi Vu Van Tanh.

Gol yang membuat Vietnam seperti mendapatkan nyawa tambahan lagi. Terbukti, saat injury time, Vu Min Tanh membuat Kurnia Mega kembali memungut bola dari jala gawangnya sendiri.

Agregat gol menjadi 3-3.

Harus ada babak tambahan untuk mendapatkan siapa yang berhak menapak babak final.

“Hooooooo!!!”

Kembali kami berteriak serempak, ketika kiper pengganti Vietnam, menjatuhkan Ferdinand Sinaga. Wasit menunjuk titik putih pertanda tendangan pinalti yang dihadiahkan untuk Indonesia. Manahatti Lestusen sukses menjalankan tugasnya. Skor menjadi 2 – 2. Kita berhasil menyamakan kedudukan oleh gol pemain yang juga anggota TNI itu. Gol yang membuat nyali para pemain Vietnam runtuh dan tidak berbekas di sisa perpanjangan waktu.

Unggul dengan agregat 4-3 membuat Indonesia menorehkan sejarah dengan tinta emas. Kesekian kalinya, laskar merah putih berhasil menghentikan langkah sang tuan rumah Vietnam.

Hari itu, stadion My Dinh, Hanoi Vietnam benar-benar menjadi kuburan bagi laskar The Golden Star.

Setelah pertandingan, saya bergegas pulang ke kamar kontrakan. Kembali saya dongakkan kepala ke atas cakrawala Surabaya. Bintang Alpha Centaury tampak semakin terang di sana.

-o0o-

Hampir setahun, kenangan indah itu telah berlalu.

Sore ini, 11 September 2017, tim nasional Indonesia U18 yang kembali dilatih Indra Safrie akan bersua kembali dengan The Golden Star, Vietnam. Dua hari kemarin, mereka berhasil menggeser posisi Sang Garuda dari puncak klasemen setelah unggul dalam selisih gol, meski sama-sama mengoleksi enam poin.

Vietnam selalu memberikan suguhan permainan yang membuat barisan pertahanan Indonesia bekerja keras. Hampir di semua kejuaraan yang mempertemukan kedua negara, mereka selalu unggul dalam penguasaan bola.

Tetapi, jangan lupa bahwa Indonesia selalu menjadi mimpi buruk bagi Vietnam. Dalam setahun terakhir, laskar merah putih telah dua kali membuat pasukan bintang emas menangis. Pertama, pada semifinal Piala AFF 2016, Boas Salossa dkk. mengubur mereka di kandang sendiri. Kedua, pada penyisihan grup Sea Games bulan lalu, lagi-lagi Indonesia memupuskan harapan Vietnam untuk lolos ke babak semifinal.

Semoga statistik terulang kembali sore ini. Semoga tuah dari coach Indra Safrie masih berlaku bagi tim nasional Garuda U18.

Jayalah Indonesia. Negeri tercinta, tumpah darahku.


( Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

4 komentar:

  1. Semoga Indonesia bisa mengalahkan Vietnam lagi.

    BalasHapus
  2. hahaha seru ya kalau nobar begitu..

    BalasHapus
  3. Jadi kangeeen nobar lagi nih. Dulu sih kalo gak nonton di stadion gak puaass.. Hehe

    BalasHapus
  4. @all.
    Kita menangis ... 😢😢😢

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *