ilustrasi gambar: Yayasan Wacana |
PUPUH XV
DURMA 1
Pergerakan mereka di jalan tidak menemui hambatan.
Pasukan Surabaya telah sampai di wilayah Giri. Para prajurit yang berada di
barisan belakang, bergerak memisahkan diri ke arah menyimpang, bersembunyi
hingga tidak terlihat.
DURMA 2
Sementara itu Kangjeng Sunan di Giri, sedang
dihadap oleh Endrasena dan semua punggawanya. Tidak ada yang dibahas selain
kejayaan mereka dalam perang. Kangjeng Sunan berkata pelan.
DURMA 3
Endrasena, bagaimana musuhmu, apakah ada kemungkinan
akan kembali? Berkata Endrasena: paduka, menurut perkiraan hamba, mereka telah
lari tunggang langgang, tidak sanggup lagi perang melawan kami.
DURMA 4
Andai mau kembali untuk memenuhi kewajiban
(perang), mereka ibarat serangga yang masuk ke dalam kobaran api. Meskipun
Kangjeng Sultan Mataram, jika mengetahui sepak terjang hamba di medan perang, juga
kesaktian hamba, sungguh dia akan miris.
DURMA 5
Belum lama dia (Endrasena) melanjutkan ucapannya, tiba-tiba
geger di luar, berteriak musuh datang! Berpakaian aneka warna, pemimpinnya menaiki
tandu, berada di belakang pasukan. Terkejut Sunan Giri.
DURMA 6
Nak, ayo segera lakukan apel siaga. Musuh mendadak
datang. Kudoakan semoga kalian semua selamat. Endrasena buru-buru mundur,
menyiapkan apel siaga, mengerahkan pasukan Giri.
DURMA 7
Pakaian untuk perang telah dipakai. Dari tengah
kota (mereka) sudah keluar, berada di garis terdepan medan perang. Seluruh prajurit
telah siaga dan berkumpul menjadi satu. Bedug ditabuh, lalu mereka bersorak–sorai
hingga bergemuruh di langit.
DURMA 8
Pasukan Giri dan Surabaya bergerak bersama,
bentrok dan saling menyerang. Entah siapa kawan siapa lawan, senjata
berkelebatan. Pasukan Giri sungguh berani, amukan mereka seperti banteng yang
terluka.
DURMA 9
Pasukan Surabaya seperti singa yang buas. Mengamuk
mengerikan. Satu per satu mereka roboh. Yang mati terinjak-injak. Kian hiruk-pikuk
sengitnya perang. Tak ada yang lari dari medan perang.
DURMA 10
Merasa telah banyak diberi oleh Gustinya, mereka
siap untuk membalas segala kebaikan itu. Rela mati. Perang telah berlangsung
sengit, saling menusukkan keris, saling menghunjamkan tombak, dan pukul-memukul
bergantian.
DURMA 11
Ada juga yang bertarung tangan kosong tanpa
senjata. Mereka saling pukul-memukul, saling beradu doa mantra, silih berganti
meniupkan (mantra). Mulut mereka komat-kamit, merapalkan doa mantra, hingga semua
terdengar mendesis-desis.
DURMA 12
Endrasena mengamuk semakin ke tengah, pedangnya
berkelebatan. Singa yang terkena sabetannya, menyingkir karena tak sanggup
melawan amukannya. Banyak yang terluka, tak terhitung pula yang menemui ajal.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar