Malam itu, saya mengundang seorang sahabat lama asal kota
Delta. Sidoarjo. Perawakannya tambun dengan model rambut gondrong. Sekilas, ia
mirip W.S. Rendra ketika beliau masih sugeng. Tidak sekedar gaya rambut,
bicaranya yang ceplas-ceplos dan terkadang dibumbuhi pisuhan khas
Suroboyoan, membuat pria paruh baya yang akrab saya panggil Cak Rendra (meski
nama sebenarnya adalah Abdul Muis) itu jiannn persis dengan penyair si
Burung Merak.
Kami duduk berhadap-hadapan di sebuah kedai kopi di pinggiran kota Surabaya. Setengah
jam sebelumnya, ketika masih berada di toko buku Toga Mas Margorejo, saya
menelpon Cak Rendra yang kebetulan ada di kota buaya, agar meluncur ke tempat itu.
Malam itu adalah satu malam pasca Indonesia berhasil lolos ke semifinal Piala AFF U18 di Myanmar dengan dramatis.
“Ediannn Indonesia!” ucap Cak Rendra.
“Apanya yang edan, Cak? Kasus E-KTP yang mbulet seperti tumo suwal? Atau penyidikan kasus penganiayaan Novel Baswedan yang
tak kunjung ada titik terang?” tanya saya.
“Tentu saja bukan. Ini tentang sepak terjang Garuda Nusantara----timnas U18----yang tiba-tiba mengamuk
seperti banteng ketaton, setelah dibantai habis oleh Vietnam,” jawabnya,
sembari meneguk kopi hitam yang baru saja diantar seorang pramuwarung.
Saya mengeluarkan sebungkus lintingan daun nikotin medium class, lalu menyodorkan sebatang
isinya kepada beliau. Tentu, lengkap dengan pemantik api. Beberapa detik kemudian,
bibir Cak Rendra nampak menghisap dalam-dalam batangan itu. Kepulan demi
kepulan asap menari-nari dengan gemulai di atas meja kami.
“Entah apa yang ada di benak anak-anak merah putih.
Mereka memberikan permainan yang jauh melampaui dugaan kita, Cak,” timpal saya.
Iya, begitulah.
Indonesia akhirnya tampil sebagai juara grup B
kualifikasi Piala AFF U18 di Myanmar. Sempat berada di posisi ketiga akibat
kekalahan mengejutkan dari Vietnam, Indra Safrie Boys justru mampu membalikkan
keadaan. Garuda Nusantara menenggelamkan Brunei Darussalam dengan skor telak 8 –
0 di matchday pamungkas.
“Mungkin, jika dalam pertemuan keempat kalinya dengan
Thailand besok kita bisa menang, bukan mustahil jika Indra Safrie akan
mengulang sukses empat tahun silam,” lanjut Cak Rendra.
“Mugo-mugo wae
--- Semoga saja, Cak!” tegas saya.
“Jangan lupa bahwa ketika turnamen serupa dulu digelar di
Sidoarjo, Evan Dimas berhasil mencetak hatt trick. Thailand yang selalu menjadi
momok bagi kita, ternyata bisa dikalahkan oleh strategi cerdik Indra Safrie kala
itu, Cak,” senada dengan Cak Rendra, saya kembali membuka memori indah ketika
Indonesia berhasil menjadi juara Piala AFF U18 (dulu masih bernama U19) setelah
puasa gelar selama 22 tahun. Kebetulan,
pelatihnya adalah orang yang sama dengan head
coach Garuda Nusantara sekarang. Indra Safrie.
Kami berdua sama-sama menghela napas panjang. Menyesap
kopi hitam di cangkir masing-masing, lalu berlomba menghisap batangan rokok
yang tinggal separuh.
Iya, Sore ini, 15 September 2017, lawan tangguh sekaligus
momok menakutkan bagi Indonesia telah menanti. Tahiland yang menjadi runner up grup A,
untuk kesekian kalinya akan berjumpa dengan kita. Rekor pertemuan kedua tim di
ajang ini adalah 1 : 2. Negeri Gajah Putih unggul tipis dalam mencatatkan diri
sebagai pemenang.
Ada mitos yang selalu menjangkiti jiwa para pemain,
official dan pelatih tim nasional Indonesia. Mitos bahwa kita selalu kalah
dengan Thailand. Celakanya, sugesti
ini berlaku bagi semua kelompok umur tim nasional kita. Data statistik juga
menunjukkan bahwa sepanjang pertemuan kedua negara, The War Elephant (julukan tim nasional Thailand) selalu merepotkan
kita.
Tetapi, ada mitos lain yang mungkin tidak pernah dibahas
para pelaku sepakbola Indonesia. Mitos jika kita berhasil mengalahkan Thailand
di sebuah turnamen, maka Indonesia akan tampil sebagai juara.
Dua kemenangan yang menghiasi catatan emas persepakbolaan
tanah air adalah edisi Sea Games 1991 di Manila, Philipina dan gelaran Piala
AFF U19 tahun 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur.
Sekedar membuka ingatan kita, pada final Sea Games 1991, Bambang
Nurdiansyah, Ferril Hattu, Hanafing, Edy Harto bersama para pemain
yunior sebagai pelapis semacam
Widodo C Putro dan Aji Santoso berhasil mengibarkan bendera Merah
Putih di Manila Filipina, sekaligus menjuarai Sea Games pada tahun itu setelah
mengalahkan sang momok, Thailand.
Selanjutnya,
Evan Dimas cs. Juga sukses membantai Thailand dengan skor 3 – 1 pada fase penyisihan
grup Piala AFF U19 tahun 2013. Kemenangan itu membawa pasukan Garuda Asia
(julukan tim nasional Indonesia U19 ketika itu) lolos ke babak knock out hingga
final. Puncaknya, mereka berhasil mengobati dahaga gelar juara bagi rakyat
Indonesia, setelah menang dengan dramatis melalui adu tendangan penalti melawan
Vietnam.
“Kenapa ya, Cak, lagi-lagi
kita harus ketemu Thailand?” tanya saya dengan perasaan pesimis.
“Kalau feeling saya kok justru tahun ini adalah tahunnya Indonesia juara
lagi,” sanggah cak Rendra.
“Kenapa sampean bisa
mengatakan demikian?” kejar saya.
“Iya feeling saja. Puncak
ujian Indonesia sudah lewat, yaitu ketika berada dalam posisi terjepit untuk
lolos ke semifinal. Kini, ibarat anak panah, kita sudah terlepas dari busur
pasca membantai Brunei. Anak panah itu akan terus melesat hingga menembus
final, lalu menghunjam jantung lawan. Dan, kita juara!” tegas Cak Rendra.
“Masuk akal juga analogi sampean,”
puji saya.
Kembali kami membakar satu
lagi lintingan daun nikotin. Menyesap sisa kopi hitam yang semakin pahit karena
hanya tinggal ampas. Obrolan terus berlanjut hingga ngetan ngulon tak jelas
jluntrungnya.
Tepat pukul sembilan malam, saya
mengajak Cak Rendra menyudahi obrolan. Setelah membayar harga dua cangkir kopi
dan sebungkus lintingan daun nikotin, saya antarkan sahabat saya yang sepemikiran
dalam menyikapi hitam putih sepakbola nasional itu sampai di parkir motornya.
Dengan menyisakan harapan
yang mudah-mudahan sore ini menjadi kenyataan, tak lama kemudian saya juga memacu
sepeda motor, membelah jalan Jemur Handayani, lalu berbelok arah ke raya A.
Yani di kota buaya.
Sepanjang perjalanan pulang,
harapan yang tersisa itu terus membuntuti saya. Harapan tentang patahnya mitos bahwa
Thailand selalu menjadi momok bagi kita. Harapan yang mungkin nyaris sama
dengan jutaan rakyat Indonesia hari ini: Garuda Nusantara akan mengalahkan tim negeri
Gajah Putih, lalu melangkah ke final dan menjuarai Piala AFF.
(
Heru Sang Mahadewa)
Member Of One Day One Post
semoga feeling cak, terwujud dan itu juga menjadi harapan saudara-saudara kita dari sabang sampai merauke mas
BalasHapusaamiin semoga Indonesia tahun ini menang dan tahun-tahun selanjutnya.
BalasHapus