ilustrasi gambar: Yayasan Wacana |
PUPUH XII
ASMARADANA 14
Kurang lebih dua ratus, semua membawa senjata, memanggul
tombak, berpakaian serba hitam, semua telah memeluk Islam, laskar Sabilillah
namanya, di belakang si Endrasena.
ASMARADANA 15
Di mana senjatanya, dua senapan terselip, sembari
membawa pedang, di kedua punggung kiri kanan, pedang yang berasal dari China
itu berada di belakang, dibawah kelebatan bendera, yang bertulis asma Allah.
ASMARADANA 16
Bibirnya tak pernah berhenti memuji, menyebut asma
Allah, bergemuruh sorak laskar Sabilillah, lalu para alim ulama, kerabat pemuka
agama, dan semua pasukan Giri, yang berpakaian serba hitam.
ASMARADANA 17
Semua siap mati, telah sama-sama bergerak ke
depan, pasukan Giri dan Surabaya, menatap medan perang, terdengar suara
genderang perang, gemuruh sorak kedua pasukan, bagai suara gunung yang meletus.
ASMARADANA 18
Dahsyat pecahnya perang, entah siapa lawan siapa
kawan, orang-orang Giri ampuh dalam strategi perang, bertubi-tubi menyerang,
kepada pasukan Surabaya, di medan perang itu tidak mampu membunuh lawan,
sehingga porak-poranda barisan mereka rusak.
ASMARADANA 19
Endrasena bergerak kesana-kemari, liar seperti
Raden Seta (senapati Pandawa di Bharata Yudha), terkadang terpisah dari
pasukannya, siapapun yang diterjang bubar, lari tunggang langgang, yang berada
di dekatnya tewas, tanpa ampun.
ASMARADANA 20
Para prajurit Surabaya, tidak bisa melayangkan
senjata, pontang-panting gerakan mereka, merasa terdesak musuh, orang-orang
kian mengamuk, tak ada satupun yang mengalami luka, semua luput dari kematian.
ASMARADANA 21
Menjadikan musuh miris, tak ada yang mampu
menahan, amukan pasukan Giri, para prajurit Surabaya, banyak yang terluka,
hingga menemui ajal, pasukan Giri pun bersorak gembira.
ASMARADANA 22
Sementara, sebagian yang tidak menanggal, para
prajurit Surabaya itu, semua merasa lelah, pelan-pelan mundur, hingga terlihat,
pasukan Giri bersorak, besok, akan menghancurkan sang putri.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar