Kamis, 14 September 2017

PESAN MORAL DARI LOLOSNYA INDONESIA KE SEMIFINAL PIALA AFF U18


Aksi Egi "Messi" Vikry ketika membawa Indonesia menggunduli Brunei Darussalam 8 - 0. (Foto PSSI)



Selalu ada kejutan dalam sebuah turnamen sepakbola. Selalu ada kejadian yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya. Pun juga dengan helatan antar negara ASEAN bertajuk Piala AFF U18.

Siapa sangka, Vietnam yang begitu perkasa di tiga laga awal kualifikasi, justru tersingkir secara mengenaskan di matchday terakhir. Siapa pula yang berani memprediksi bahwa Indonesia tampil sebagai pemuncak klasemen. Dalam situasi di ujung tanduk, justru Garuda Nusantara (julukan tim nasional Indonesia U18) mampu membalikkan keadaan dengan menyalip dua kompetitornya, tuan rumah Myanmar dan Vietnam yang di atas kertas jauh lebih berpeluang untuk lolos ke semifinal.

Begitulah bola. Sudutnya tiada bisa kita cari. Di mana letak ujung permukaannya, tak pernah ada yang bisa menentukan.

Indra Safrie Boys sukses membenamkan negeri Sultan Hassanal Bolkiah dengan delapan gol tanpa balas. Melampaui margin aman tujuh bola untuk bisa menapakkan kaki di fase empat besar. Sementara, The Golden Star (julukan tim nasional Vietnam) harus angkat koper dari Myanmar, setelah kalah dari tuan rumah.

Mengejutkan, tragis, luar biasa, ediannn! Entah kata-kata apalagi yang pas untuk menggambarkan perjuangan hidup mati dua negara yang sama-sama pernah dan sedang dilanda “permainan elit politik” dengan menggiring isu SARA. Indonesia dan Myanmar.

Iya, dua tim yang sebelumnya pernah bersua di laga pembukaan grup B itu, sama-sama memberikan kejutan di akhir penyisihan. 

Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari lolosnya Indonesia dan Myanmar ke fase empat besar Piala AFF U18.

Apa saja pesan moral itu?

1. Bangkitlah Dari Keterpurukan
Ketika anak-anak Garuda Nusantara dikalahkan Vietnam dengan skor telak 0 – 3, maka secara matematis peluang mereka menjadi yang paling kecil di antara dua pesaingnya, yaitu pemuncak klasemen Vietnam dan runner up Myanmar.

Laga terakhir yang dilakoni Indonesia, menjadi partai hidup mati. Hanya kemenangan dengan margin minimal tujuh gol yang bisa mengantarkan laskar merah putih melenggang ke babak knock out.

Perjuangan terasa sangat berat, ketika kekalahan dari Vietnam yang di luar dugaan tim pelatih itu melorotkan posisi Garuda Nusantara ke urutan ketiga klasemen. Entah siapa yang lengah, siapa pula yang salah. Yang pasti, nasib Indonesia benar-benar sedang terjepit pasca kekalahan itu.

Kemenangan saja tidak cukup. Butuh skor telak, ditambah naungan Dewi Fortuna dengan mengharapkan hasil pertandingan lainnya. Tetapi Indonesia justru menjawabnya dengan hasil yang luar biasa. Jauh melampaui ekspektasi banyak pihak.

Kebangkitan anak-anak merah putih seolah memberi pesan moral kepada kita bahwa sedalam apapun kita tersungkur, tiada pilihan lain kecuali: Bangkitlah, kemudian berlari lagi sekuat tenaga untuk mengejar ketertinggalan.


2. Tiada Gading Yang Tak Retak
Vietnam sukses menyapu bersih tiga laga kualifikasi grup B. Kekuatan tim dari negeri yang berhasil memukul pasukan Amerika Serikat pasca Perang Dunia Kedua itu benar-benar mengerikan. Total sembilan poin mereka raih. Agresivitas The Golden Star juga yang terbaik dengan torehan surplus lima belas gol.

Indonesia yang dianggap lawan sepadan pun, di luar dugaan harus menyerah kepada Vietnam dengan tiga bola tanpa balas.

Namun, ternyata tiada yang sempurna di dunia ini. Tiada gading yang tak retak, pun juga yang terjadi pada Vietnam. Ketika hanya membutuhkan hasil seri melawan Myanmar, justru secara tragis mereka tersingkir dari turnamen dua tahunan antar negara Asia Tenggara.

Iya, pesan moral yang bisa kita petik dari Vietnam adalah tak ada manusia tanpa kesalahan dan dosa. Tinggal bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan yang pernah kita perbuat, lalu secara gentle mengaku dan menyesali segala dosa kita itu.

3. Di Atas Langit Masih Ada Langit.
Sekuat apapun sebuah tim, pasti ada masa ia akan menemui lawan sepadan, bahkan melebihi kekuatannya.

Myanmar yang difavoritkan memenangi kejuaraan karena faktor keberuntungan sebagai tuan rumah, dipermalukan oleh Indonesia di matchday pertama. Sebaliknya, Indonesia yang perkasa di dua laga, kalah telak oleh Vietnam. Sementara, Myanmar justru menumbangkan Vietnam di laga terakhir.

Rangkaian kemenangan dan kekalahan tiga tim terkuat grup B itu, seperti mata rantai yang saling bertautan. Tidak ada yang tidak bisa dikalahkan.

Kalimat yang pas untuk menyebut persaingan mereka adalah Di Atas Langit Masih Ada Langit. Janganlah merasa diri paling kuat, paling pandai, dan paling berkuasa. Akan tiba waktu, di mana sebuah watak ahangkara akan menemui keterpurukan.

-o0o-

Itulah tiga pelajaran yang menjadi pesan moral dari lolosnya Indonesia ke babak semifinal Piala AFF Cup U18.

Selalu ada kejutan dalam sebuah turnamen sepakbola. Selalu ada hikmah yang bisa kita petik dari kejutan itu.

Salam merah putih!

(Heru Sang Mahadewa)
Member of One Day One Post

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *