Aksi Egi "Messi" Vikry ketika membawa Indonesia menggunduli Brunei Darussalam 8 - 0. (Foto PSSI) |
Selalu ada kejutan dalam sebuah turnamen sepakbola.
Selalu ada kejadian yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya. Pun juga dengan
helatan antar negara ASEAN bertajuk Piala AFF U18.
Siapa sangka, Vietnam yang begitu perkasa di tiga
laga awal kualifikasi, justru tersingkir secara mengenaskan di matchday
terakhir. Siapa pula yang berani memprediksi bahwa Indonesia tampil sebagai
pemuncak klasemen. Dalam situasi di ujung tanduk, justru Garuda Nusantara (julukan
tim nasional Indonesia U18) mampu membalikkan keadaan dengan menyalip dua
kompetitornya, tuan rumah Myanmar dan Vietnam yang di atas kertas jauh lebih
berpeluang untuk lolos ke semifinal.
Begitulah bola. Sudutnya tiada bisa kita cari. Di
mana letak ujung permukaannya, tak pernah ada yang bisa menentukan.
Indra Safrie Boys sukses membenamkan negeri Sultan
Hassanal Bolkiah dengan delapan gol tanpa balas. Melampaui margin aman tujuh
bola untuk bisa menapakkan kaki di fase empat besar. Sementara, The Golden Star (julukan tim nasional Vietnam) harus angkat koper dari Myanmar, setelah kalah dari
tuan rumah.
Mengejutkan, tragis, luar biasa, ediannn! Entah kata-kata apalagi yang
pas untuk menggambarkan perjuangan hidup mati dua negara yang sama-sama pernah
dan sedang dilanda “permainan elit politik” dengan menggiring isu SARA.
Indonesia dan Myanmar.
Iya, dua tim yang sebelumnya pernah bersua di laga
pembukaan grup B itu, sama-sama memberikan kejutan di akhir penyisihan.
Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari
lolosnya Indonesia dan Myanmar ke fase empat besar Piala AFF U18.
Apa saja pesan moral itu?
1. Bangkitlah Dari
Keterpurukan
Ketika anak-anak Garuda Nusantara dikalahkan
Vietnam dengan skor telak 0 – 3, maka secara matematis peluang mereka menjadi
yang paling kecil di antara dua pesaingnya, yaitu pemuncak klasemen Vietnam dan
runner up Myanmar.
Laga terakhir yang dilakoni Indonesia, menjadi
partai hidup mati. Hanya kemenangan dengan margin minimal tujuh gol yang bisa
mengantarkan laskar merah putih melenggang ke babak knock out.
Perjuangan terasa sangat berat, ketika kekalahan
dari Vietnam yang di luar dugaan tim pelatih itu melorotkan posisi Garuda
Nusantara ke urutan ketiga klasemen. Entah siapa yang lengah, siapa pula yang
salah. Yang pasti, nasib Indonesia benar-benar sedang terjepit pasca
kekalahan itu.
Kemenangan saja tidak cukup. Butuh skor telak,
ditambah naungan Dewi Fortuna dengan mengharapkan hasil pertandingan lainnya.
Tetapi Indonesia justru menjawabnya dengan hasil yang luar biasa. Jauh
melampaui ekspektasi banyak pihak.
Kebangkitan anak-anak merah putih seolah memberi
pesan moral kepada kita bahwa sedalam apapun kita tersungkur, tiada pilihan
lain kecuali: Bangkitlah, kemudian
berlari lagi sekuat tenaga untuk mengejar ketertinggalan.
2. Tiada Gading Yang
Tak Retak
Vietnam sukses menyapu bersih tiga laga
kualifikasi grup B. Kekuatan tim dari negeri yang berhasil memukul pasukan Amerika
Serikat pasca Perang Dunia Kedua itu benar-benar mengerikan. Total sembilan
poin mereka raih. Agresivitas The Golden Star juga
yang terbaik dengan torehan surplus lima belas gol.
Indonesia yang dianggap lawan sepadan pun, di luar
dugaan harus menyerah kepada Vietnam dengan tiga bola tanpa balas.
Namun, ternyata tiada yang sempurna di dunia ini. Tiada
gading yang tak retak, pun juga yang terjadi pada Vietnam. Ketika hanya
membutuhkan hasil seri melawan Myanmar, justru secara tragis mereka tersingkir
dari turnamen dua tahunan antar negara Asia Tenggara.
Iya, pesan moral yang bisa kita petik dari Vietnam
adalah tak ada manusia tanpa kesalahan dan dosa. Tinggal bagaimana kita bisa belajar
dari kesalahan yang pernah kita perbuat, lalu secara gentle mengaku dan
menyesali segala dosa kita itu.
3. Di Atas Langit
Masih Ada Langit.
Sekuat apapun sebuah tim, pasti ada masa ia akan
menemui lawan sepadan, bahkan melebihi kekuatannya.
Myanmar yang difavoritkan memenangi kejuaraan
karena faktor keberuntungan sebagai tuan rumah, dipermalukan oleh Indonesia di
matchday pertama. Sebaliknya, Indonesia yang perkasa di dua laga, kalah telak
oleh Vietnam. Sementara, Myanmar justru menumbangkan Vietnam di laga terakhir.
Rangkaian kemenangan dan kekalahan tiga tim
terkuat grup B itu, seperti mata rantai yang saling bertautan. Tidak ada yang
tidak bisa dikalahkan.
Kalimat yang pas untuk menyebut persaingan mereka
adalah Di Atas Langit Masih Ada Langit.
Janganlah merasa diri paling kuat, paling pandai, dan paling berkuasa. Akan
tiba waktu, di mana sebuah watak ahangkara akan menemui keterpurukan.
-o0o-
Itulah tiga pelajaran yang menjadi pesan moral
dari lolosnya Indonesia ke babak semifinal Piala AFF Cup U18.
Selalu ada kejutan dalam sebuah turnamen
sepakbola. Selalu ada hikmah yang bisa kita petik dari kejutan itu.
Salam merah putih!
(Heru
Sang Mahadewa)
Member
of One Day One Post
0 komentar:
Posting Komentar