Jumat, 22 September 2017

PENUTURAN ULANG SERAT CENTHINI JILID I (23)


ilustrasi gambar: Yayasan Wacana



PUPUH XIII
SINOM 1
Dalam perang sehari itu, kalah pasukan Surabaya, mundur dan terus dikejar, hingga tertutup gelapnya malam, orang Giri yang mengejar, semua telah pulang, orang-orang Giri bersorak gembira, sambil berjoget.

SINOM 2
Endrasena beserta semua pasukan Giri, menghadap ke sang pemimpin ulama di Giri, menghaturkan sembah dan melaporkan, bahwa pasukan Surabaya, telah mundur ketakutan, tak bisa menang, banyak yang meninggal, pemimpin mereka tidak jelas nasibnya.

SINOM 3
Sang pemimpin ulama, bahagia perasaannya, kian besar hatinya, merasa ikhlas kepada Allah, yang telah mengayomi, seluruh tanah Jawa, terlontar lantang ucapnya, muncul kesombongan hatinya, sifat keulamaan akhirnya tertutup kemenangan.

SINOM 4
Maka berkata pelan, syukur Alhamdulillah, wahai nak, Endrasena, ini jadi pertanda, betapa sulit memijit butiran biji buah yang kecil, butuh kerja keras untuk mengupas mentimun (maksudnya tidak mudah menaklukkan kawula kecil), tapi aku kecewa, tidak tertangkapnya Pangeran Pekik, andai tertangkap, mirislah perasaan orang-orang Mataram.

SINOM 5
Endrasena berkata dengan congkak, tadi tertimpa datangnya malam, pasukan hamba sudah lelah, juga telah tiba waktu Maghrib, esok hari, pasti akan hamba ringkus, meskipun lari ke Mataram, hamba tidak gentar, syukur bila (berhasil kutuntaskan) dalam perang, sehingga tidak perlu kerja dua kali.

SINOM 6
Cukup sekali hamba bawa, jadi tidak perlu bolak-balik, (antara mencari dan menemui) Pangeran Pekik dan Kangjeng Sultan, menghadap kepada sang penguasa. Sang ulama berkata pelan, iya kudoakan nak, jika masih namamu (yang menjadi senapati Giri), engkau jangan khawatir, nantinya di Giri akan kuberi nama.

SINOM 7
Iya negeri Sokaraja (Sukorejo), para punggawa menjadi saksi, nanti malam panjatkanlah syukur, bulan Maulud kita lantunkan dzikir, untuk membahagaikan para prajurit kecil, berilah imbalan sepantasnya, yang telah kembali dari medan perang, agar bertambah keberanian mereka, begitu pula engkau, jangan ketinggalan mendapat penghargaan itu.

SINOM 8
Jika besok, musuhmu kembali, Endrasena dan punggawanya,  berkata kepada sang ulama, semua telah kabur, miris, tidak berniat kembali, tanpa menunggu gusti mereka, pasukan mereka telah berkemas, besok pasti terlihat bersama-sama melaporkan kepada Kangjeng Sultan.   

SINOM 9
Malam harinya diadakan pesta kemenangan, pasukan Giri bersukacita. Berganti kisah ke yang lari mundur dari medan perang, Kangjeng Pangeran Surabaya dan istrinya Kangjeng Ratu Pandhansari, telah berkumpul dengan para prajuritnya. Kangjeng Pangeran sangat bersedih, hatinya hancur oleh kekalahan pasukannya.

SINOM 10
Ki Sepanjang, panglima perang, berkata kepada Pangeran Pekik, gusti saya laporkan hidup dan mati, para abdi Surabaya, sungguh miris, Endrasena dan pasukannya berperang dengan keberanian luar biasa, tidak takut mati dan mengamuk bagai banteng yang terluka.

SINOM 11
Para abdi Surabaya, semua telah mengaku, merasa sudah tidak sanggup, tak ada yang menang, dalam hati mereka telah miris semuanya. Seketika ikut miris Kangjeng Pangeran, mendengar pengakuan punggawanya, semakin runtuh perasaannya, hingga tak mampu berkata-kata.

SINOM 12
Maka Kangjeng Ratu Pandhansari, istrinya, ikut prihatin, gusar dalam hatinya tak bisa lagi ditahan, (melihat suaminya) tak bisa berucap. Kangjeng Ratu berkata lembut, memohon kepada suaminya, duh pembimbingku, lelakiku, jika begini jadinya pasukan, rusaknya barisan perang, hamba mohon kerelaan.


..................

BERSAMBUNG

-o0o-

Bagian sebelumnya, baca [ DI SINI ]
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]

Judul asli:
Suluk Tambangraras

Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna

Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *