PANGKUR 17
(Pengabdian kalian) sangat kuterima. Aku memohon
semoga Allah S.W.T membalasnya. Tetapi tekadku sudah bulat, tak bisa
dibelokkan. Seluruh prajurit diam tertunduk. Kangjeng kembali berbicara, nanti
jika sudah sampai di Giri.
PANGKUR 18
Gelar tempur (formasi perang) yang dipakai,
anak-anak dari Surabaya, guakanlah perang pupuh sebagai senjata di hadapanku,
sebagai bentuk pembelaan kepada Kangmas (Pangeran Pekik) dan aku. Kalian
bersembunyilah dulu, ketika perang akan dimulai.
PANGKUR 19
Kuberi isyarat, jika senapanku sudah meletus tiga
kali, pertanda perang pupuh kita jalankan. Secepatnya, menerjanglah kalian
semua. Dengarkan baik-baik perintahku. Para prajurit menghaturkan siap
laksanakan. Lalu, membubarkan diri dengan berbaris rapi.
PANGKUR 20
Para prajurit bersuka cita, tumbuh lagi tekad
untuk bertaruh jiwa, pulih kemauan mereka, serempak bersorak-sorai, tidak ada
yang ciut nyalinya. Semua telah siap untuk gugur (sebagai kusuma), mereka bangga menjadi orang Surabaya.
PANGKUR 21
Telah berkumandang bunyi penanda, keberangkan
pasukan Surabaya. Para sukarelawan dari rakyat jelata (berada di depan) sebagai
barisan infantri, berbusana aneka warna. Merah, kuning, hitam, putih, hijau dan
ungu. Memanggul tombak dan menyembunyikan pedang.
PANGKUR 22
Kangjeng Ratu Pandhansari berada di belakang
mereka, menaiki tandu. Kangjeng Pangeran Pekik tak pernah menjauh darinya. Kuda-kuda
tunggangan mereka, mengiringi pasukan itu. Prajurit resmi (pasukan kadipaten Surabaya)
di belakangnya sambung-menyambung. Gerakan mereka bagai singa yang buas. Tak
kenal kata mundur dari medan perang.
..................
BERSAMBUNG
-o0o-
Bagian selanjutnya, baca [ DI SINI ]
Judul asli:
Suluk Tambangraras
Pengarang:
KGPAA Amengkunegara III (Sunan Pakubuwana
V)
Raden Ngabehi Yasadipura II (Ranggawarsita
I)
Raden Ngabehi Sastradipura (Ahmad Ilham)
Raden Ngabehi Ranggasutrasna
Dituturkan ulang oleh:
Heru Sang Mahadewa
(Member Of One Day One Post)
0 komentar:
Posting Komentar