Gajah Mada - image google |
GAJAH MADA
Kemenangan Gajah
Mada dalam invasi ke Bali
membangkitkan semangat pasukannya. Terjadi perubahan rencana yang dilakukan
sang Mahapatih. Awalnya ia berniat meneruskan perjalanan ke arah timur pulau Bali.
Namun tiba-tiba sang Panglima Perang Majapahit memiliki pemikiran lain. Ia memerintahkan seluruh pasukannya kembali ke
Selat Blambangan.
“Kita kembali
dahulu ke Majapahit. Berita kemenangan ini harus kita sampaikan ke ratu
Tribhuwana Tunggadewi!” Perintah Gajah Mada kepada para prajuritnya.
“Sendiko dawuh
gusti Patih!” Jawab para prajuritnya.
Iring-iringan
kapal Majapahit pun kembali lagi mengarungi perairan Laut Bali, menembus Selat
Blambangan dan terus menyusuri Selat Madura. Memasuki muara sungai Brantas, lalu
bergerak kembali ke Trowulan.
*****
Kepulangan pasukan
Bhayangkara disambut gegap gempita di halaman pendopo agung. Kemenangan pertama
dalam perluasan wilayah kekuasaan Majapahit itu membuat para punggawa dan
Dharmaputra yang semula meragukan Gajah Mada menjadi berbalik mendukung.
Seluruh punggawa
dan prajurit kedaton yang menyambut kedatanganya mengelu-elukan keberhasilan invasi pertama itu. Gajah Mada
mengistirihatkan pasukannya untuk pulang ke rumah masing-masing beberapa saat.
Ia menghadap Ratu Tribhuwana Tunggadewi dan Chakra Dara di istana ratu.
“Kakang Gajah
Mada, kau kembali begitu cepat?” sambut Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
“Iya gusti ratu.
Hamba sengaja mempercepat kepulangan ke Majapahit.” Jawab Mahapatih Gajah Mada.
“Hamba tidak sabar
untuk segera menyampaikan berita ini!” Lanjutnya.
“Ceritakan kakang,
bagiamana perjalanan kalian ke Bali?” Tanya Chakra Dara. Wajah suami Ratu
Tribhuwana Tunggadewi itu berseri-seri. Meski Mahapatihnya belum menceritakan
apa-apa, tapi ia yakin Gajah Mada menghadapnya untuk membawa berita
membanggakan.
“Pasukan
Bhayangkara Majapahit begitu perkasa di tanah Bali. Dalam waktu yang singkat,
kita bisa mengakhiri perlawanan mereka.” Gajah Mada menceritakan perjalanan
mereka mengusir pasukan penghadang di dermaga Gilimanuk. Lalu perjuangan tak
kenal gentar para prajuritnya di Bali.
“Ini sabda Raja
Bali. Mereka mengakui kedaulatan Nusantara dalam satu kekuasaan Majapahit!”
Disodorkannya selembar daun lontar yang ditulis oleh Raja Bali. Chakra Dara
menerima catatan itu. Dibacanya dengan seksama, lalu diserahkan kepada ratu
Tribhuwana Tunggadewi.
“Aku bangga
padamu, kakang Gajah Mada!” Ucap sang ratu.
“Terima kasih
gusti ratu.” Sembah Gajah Mada.
“Hamba juga ingin
melaporkan bahwa terjadi perubahan rencana. Perjalanan ke wilayah timur akan
hamba tunda. Swarna Dipa mendadak terlintas dalam benak hamba.” Jelas Mahapatih
Gajah Mada.
“Apa maksudmu
kakang?” Tanya Chakra Dara.
“Di masa lampau, Sriwijaya
begitu perkasa di tanah Swarna Bumi.
Akan menjadi sebuah kehormatan jika paduka berdua mengijinkan hamba
menaklukkannya terlebih dahulu!” Ucap sang Mahapatih.
“Tekad dan nyalimu
sungguh luar biasa, kakang Gajah Mada. Aku serahkan semua rencana ini padamu.
Lakukanlah!” Titah ratu Tribhuwana Tunggadewi.
“Sendiko dawuh gusti
ratu.” Gajah Mada menyembah, lalu pamit undur dari kedaton ratu.
*****
Majapahit, 1339 Masehi.
Dermaga sungai
Brantas Trowulan kembali sibuk. Untuk kedua kalinya, kapal-kapal armada
Bhayangkara Majapahit beriringan memenuhi jalur perairan di tanah Jawa bagian
timur itu.
“Wahai prajurit
Majapahit yang gagah perkasa, kali ini perjalanan kita jauh lebih panjang!”
Seru Gajah Mada.
“Siapkan nyali
kalian. Kita taklukkan Swarna Dwipa!” Suaranya kembali berapi-api menggelorakan
semangat pasukannya.
“Hidup Majapahit!
Hidup Ratu Tribhuwana Tunggadewi!” Sorak para prajurit Majapahit membahana.
Pasukan
Bhayangkara Majapahit kembali mengarungi sungai Brantas. Menembus muaranya di
Selat Madura, lalu terus bergerak ke utara membelah perairan Laut Jawa.
Panji-panji Surya Majapahit yang berkibar diatas kapal-kapal mereka
berkelebatan diterpa kencangnya hembusan angin laut. Haluan kapal kemudian
dibelokkan ke arah barat, menuju Selat Karimata.
Beberapa mil
sebelum pendaratan di dermaga Swarna Bumi,
tampak puluhan kapal berbendera Sriwijaya membentuk formasi penghadangan.
Mahapatih Gajah Mada memberikan isyarat kepada pasukannya untuk bersiaga. Kapal
terus bergerak, semakin mendekat ke arah kapal-kapal lawan.
“Bersiaplah,
mereka sudah menyambut kedatangan kita!” Perintah Gajah Mada. Tentara maritim
dari kedua kerajaan pun sudah berhadap-hadapan. Keduanya memamerkan kekuatan
pasukannya. Para prajurit Majapahit dan Sriwijaya berdiri diatas gladak kapal
masing-masing. Gajah Mada naik keatas anjungan kapalnya.
“Aku tahu kalian
adalah tentara Sriwijaya. Jangan halangi pelayaran kami. Minggirlah!” Teriak
Gajah Mada kepada pasukan penghadang.
“Apa maksud kalian
mengarungi samudera kami?” Tanya Hulubalang Sriwijaya.
“Aku datang secara
baik-baik atas nama Majapahit dari Jawa Dwipa. Bergabunglah dengan kami,
mengakui kedaulatan Majapahit sebagai penguasa Nusantara!” Jelas Gajah Mada
dengan suara lantang.
“Jagalah mulut
besarmu itu. Seberapa kuat kalian bisa menahan gempuran tentara Srwijaya yang
perkasa ini?” Jawab sang Hulubalang. Kapalnya semakin merapat ke anjungan Gajah
Mada. Beberapa menit kemudian, ia langsung memberi aba-aba kepada tentaranya
untuk menyerbu pasukan Majapahit.
Terjadi
pertempuran di tengah samudera. Kekuatan pasukan maritim Majapahit yang sudah
lama disiapkan Gajah Mada cukup merepotkan tentara Sriwijaya. Mereka tidak
mengira bahwa di dalam gladak-gladak kapal masih tersimpan ratusan prajurit
Majapahit lainnya yang sejak tadi belum menunjukkan diri.
Satu per satu
tentara Sriwijaya terbunuh. Jumlah mereka semakin menipis. Gajah Mada berhasil
membekuk sang Hulubalang yang akhirnya menyerah hidup-hidup.
“Antarkan kami
menghadap rajamu!” Ucap Gajah Mada. Ia memberi kesempatan Hulubalang hidup
dengan syarat bersedia mengantarkan rombongan pasukan Majapahit mendarat ke Palembang.
Kapal-kapal Majapahit dan Sriwijaya pun akhirnya bergerak menuju daratan Swarna Bumi.
Diluar dugaan
Gajah Mada. Tidak ada perlawanan berdarah seperti di Bali, Raja Sriwijaya
ternyata langsung menyerah ketika mengetahui Hulubalang mereka tertangkap
hidup-hidup oleh Panglima Perang Majapahit.
“Kami mengakui Majapahit sebagai pemimpin wilayah Nusantara.
Sriwijaya turut berbangga menjadi bagian didalamnya, sebagai negeri vassal” Bunyi sabda yang ditorehkan oleh sang
Raja di sebuah daun lontar.
Kemenangan atas
Swarna Bumi diraih tanpa banyak pertumpahan darah. Selain kalah dalam jumlah
pasukan, kekuatan Sriwijaya ketika itu memang sudah meredup. Menyerah kepada invasi Gajah Mada adalah pilihan paling
bijak, pikir sang Raja.
“Sampaikan salam
sembah kami kepada ratumu. Setiap tahun kami akan datang ke kotaraja Majapahit
untuk menghadap sebagai pemangku negeri vassal!”
Ucap Raja Sriwijaya ketika melepas kepergian pasukan Gajah Mada.
“Terima kasih
tuanku raja. Sampai ketemu di Kotaraja Majapahit!” Jawab Gajah Mada.
*****
Pasukan
Bhayangkara Majapahit kembali meneruskan perjalanan. Dari Swarna Bumi, mereka
bergerak kearah utara. Mendarat di Bintan dan Tumasik. Tidak ada perlawanan
berarti disana. Dua raja di semenanjung Malaya itu pun bertekuk lutut dihadapan
Mahapatih Amangkubumi Majapahit, Gajah Mada.
Dari Tumasik, invasi Majapahit dilanjutkan ke daratan
Melayu. Penguasa Melayu ketika itu, Sultan Pahang melakukan perlawanan hebat
atas kedatangan pasukan dari Jawa dwipa.
Terjadi
pertempuran darat selama berhari-hari di Pahang. Sultan beserta Pangeran Pahang
terbunuh oleh Keris Luk Pitu milik
Gajah Mada. Sang permaisuri menandatangani pernyataan bahwa mereka mengakui
Majapahit sebagai penguasa wilayah Nusantara. Pahang sebagai negeri vassal bergabung di dalamnya. Wilayah
Pahang ketika itu meliputi Melayu, Thailand, hingga ke Champa.
“Baiklah permaisuri, hamba akan melanjutkan
perjalanan. Kami tunggu kehadiran utusan Pahang di kotaraja Majapahit, untuk
menghadap ratu di paseban agung!” Ucap
Gajah Mada saat berpamitan kepada penguasa Pahang yang baru saja ia taklukkan.
Armada Majapahit
kembali bergerak. Mereka memutar rute kearah timur. Kembali lagi ke Selat Karimata. Borneo menjadi tujuan
pelayaran selanjutnya, sebagai persinggahan sambil kembali pulang ke tanah Jawa
Dwipa.
Kemenangan demi
kemangan dalam invasi besar-besaran yang
dilakukan pasukan Majapahit membuat Gajah Mada semakin ditakuti
kerajaan-kerajaan yang disinggahinya. Berita keperkasaannya saat melumpuhkan
Bali, Sriwijaya, Tumasik dan Pahang ketika itu sudah tersebar kemana-mana.
Membuat para raja yang ditemuinya menjadi ciut nyalinya.
Di Borneo, tanpa
mengalami kesulitan Gajah Mada berhasil mengalahkan kerajaan Kapuas. Disusul
kemudian Katingan, Sampit, Kotalingga, Kotawaringin, Sambas, Lawai,
Kendawangan, Landak, Kalka, Saludung, Sulu,
Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei menyatakan diri menjadi negeri
vassal dari sebuah negeri berdaulat yang memimpin Nusantara, Majapahit.
Ekspansi Gajah
Mada dilanjutkan lagi dengan menyisir sisi utara pulau Borneo. Daratan Serawak pun
tak luput dari pendudukan Sang Mahapatih Amangkubumi Majapahit itu. Kesultanan Sedu,
Brunei dan Malano bertekuk lutut pula kepada momongan Ki Gede Sidowayah.
Dari Brunei,
kapal-kapal berbendera Surya Majapahit bergerak lagi menuju utara. Sebuah
negeri kepulauan di perairan Laut Sulu menjadi target selanjutnya.
Sultan Sulu
awalnya menolak ajakan Gajah Mada agar mereka bergabung menjadi negeri vassal dibawah kedaulatan Majapahit di
Jawa Dwipa. Namun melalui sebuah perang kecil, akhirnya negeri kepulauan itu
pun mengakui kekalahannya. Menjadi bagian dari wilayah Nusantara.
*****
“Perjalanan
panjang ini telah menuai kemenangan demi kemenangan. Kalian semua adalah
prajurit yang pemberani dan bernyali besar!” Ucap Gajah Mada kepada pasukannya
setelah mereka menaklukkan Kesultanan Sulu.
“Kini separuh
lebih wilayah Nusantara sudah bersatu ke pangkuan Majapahit. Aku bangga dengan keperkasaan
kalian, para prajuritku!” Lanjutnya.
“Sekarang putar
haluan kapal. Kita berlayar kembali pulang ke Trowulan, Majapahit!” Perintah Sang
Mahapatih Amangkubumi.
“Hidup Majapahit!
Hidup ratu Tribhuwana Tunggadewi! Hidup Mahapatih Gajah Mada!” Jawab para
prajurit serempak.
Armada besar dari
tanah Jawa Dwipa itu pun berlayar kembali pulang. Menyusuri Laut Sulu, masuk ke
perairan Laut Celebes, Selat Makassar. Lalu menembus samudera utara, Laut Jawa.
*****
BERSAMBUNG
Baca kisah selanjutnya [ Disini ]
Kisah sebelumnya [ Disini ]
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
-------------------------
Swarna
Bumi = Sumatera.
Jawa
Dwipa = Tanah Jawa.
Keren malaysia ditaklukan.
BalasHapuswah hebat Gajah mada
BalasHapusMerinding aku bacanya..Gajah Mada hebat
BalasHapus