RAHWANA PUN MENGUTUK PEMERKOSA YUYUN DAN ENO
Belum
hilang dari ingatan kita, betapa biadabnya pemerkosaan terhadap Yuyun, gadis
ingusan tak berdosa, siswi kelas VIII sebuah sekolah di Rejang Lebong, Bengkulu. Ia meregang nyawa dengan tragis, setelah kesuciannya dicabik-cabik
sekawanan binatang (baca lelaki amoral).
Empat
belas ABG secara brutal menjelma sebagai Begawan
Yomodiphati (Dewa Pencabut Nyawa)
lalu dengan beringas mencabut nyawa Yuyun. Lantas menggagahinya secara
bergiliran. Bahkan, kawanan binatang itu ada yang mengulangi 2-3 kali (Liputan6, 04 Mei 2016). Miris!
Indonesia
bereaksi!
Kegeraman
masyarakat saat itu, terutama kaum Hawa sontak memuncak. Berbagai tuntutan agar
para pelaku itu dihukum seberat-beratnya bermunculan di berbagai media. Banyak
yang mengatakan, hukuman mati pun belum sepadan dengan penderitaan Yuyun.
Alih-alih
kemarahan publik mereda, yang ada justru kita disuguhi berita yang lebih sadis.
Eno Farina, seorang buruh pabrik terbunuh secara lebih biadab di kamar
kostnya setelah menolak ajakan berbuat asusila. Organ intim wanita malang ini
hancur hingga tembus ke paru-paru setelah dimasuki gagang cangkul. Sungguh biadab!
Entah
iblis mana yang merasuki otak sekawanan binatang-binatang itu. Seorang penjahat
semacam Kangsa dan Duryudana pun tak
sekejam mereka.
Dalam
sebuah diskusi di acara Talk Show
sebuah stasiun televisi, Mensos RI Ibu Khofifah Indar Parawansa mengatakan
bahwa penyebab terjadinya serangkaian kejahatan seksual terhadap perempuan,
khususnya anak dibawah umur itu karena tiga hal. Video porno, Minuman Keras dan Narkoba.
Pendapat
ibu menteri ada benarnya. Namun, menurut
saya faktor utama maraknya tindakan kebrutalan seks di negeri ini karena
Degradasi Moral. Terjadi kemerosotan
moral pada generasi kita sekarang, akibat semakin jauhnya mereka dari ajaran budaya
luhur nenek moyang kita.
Dalam
budaya etnis saya dari garis ibu (Jawa), ajaran moral selalu didakwahkan
melalui media pagelaran Wayang. Banyak pelajaran yang bisa diteladani dari
kesenian yang sempat digunakan sebagai media syiar Islam oleh Kanjeng Sunan Kalijogo
ini.
Adalah
Rahwana, seorang tokoh antagonis dalam pewayangan yang pernah berperilaku amoral.
Demi
menuruti rasa cinta sesatnya, raja Alengka itu nekad menculik Shinta yang notabene istri Ramawijaya. Menyekap dan
mengurung di istananya selama bertahun tahun.
Dengan
kekuatan dan kedigdayaannya, sebenarnya sangatlah mudah bagi Rahwana ketika
untuk merenggut kesucian Shinta. Tapi selama dalam penyekapan itu, tak ada
sedikitpun bagian tubuh Shinta yang tersentuh oleh Rahwana.
Kenapa?
“Merenggut
kesucian Shinta itu semudah membalikkan telapak tanganku. Tetapi berada di
sampingnya selama tiga tahun tanpa menodai, itu soal moralitas!” Ucap Rahwana.
Merinding mendengarnya.
Moralitaslah
yang membuat seorang lelaki durjana dan kejam seperti Rahwana tidak mengumbar
syahwatnya. Andai ia mau, dengan mudah Shinta sudah digagahinya. Tapi
kebiadaban itu tak pernah dilakukannya.
Mari
belajar dari penggalan syiar moralitas pewayangan ini.
Lalu,
apa yang sekarang harus kita lakukan untuk menyelamatkan generasi penerus dari “monster
kejahatan seksual” ini?
Ada
dua hal yang menjadi kunci pemecahnya.
1. Agama.
Ajaran
agama apapun di bumi ini, tidak ada yang membenarkan perbuatan amoral seperti yang dilakukan para
pelaku pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yuyun dan Eno.
Arahkan
anak-anak, adik dan keluarga kita untuk senantiasa memegang teguh norma agama
masing-masing. Insya Allah keluarga kita akan senantiasa dalam lindungan-NYA.
2. Budaya.
Semakin
lunturnya minat anak-anak sekarang terhadap kesenian dan budaya peninggalan
nenek moyang, membuat generasi penerus semakin mudah terjebak dalam degradasi moral.
Seni
dan budaya suku manapun di Indonesia, semua membentuk generasi yang berkarakter.
Tidak
ada salahnya jika kita mulai memperkenalkan atau mengarahkan anak-anak, adik
dan keluarga kita untuk mencintai atau bahkan menggeluti seni budaya bangsa.
Niscaya nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya akan tertanam ke pribadi
mereka.
Berbicara
mengenai seni dan budaya Jawa (khususnya
wayang kulit) dan tragedi kejahatan seksual, andai raja Alengka Rahwana
mendengar penderitaan yang menimpa Yuyun dan Eno, pasti ia akan murka dan mengutuk
pelakunya.
-
-
-
Surabaya,
28 Mei 2016
(Heru Sang Mahadewa)
Keren bang... (y)
BalasHapusTerima ksh mbk Sakifah
HapusMaknyus dah pokoknya.. Penggemar wayang banget nih kayaknya..
BalasHapusIya bang, sy lahir dan besar di klrga seniman wayang.
HapusTerima kasih udh membimbing.
empat jempol buat heru...jempol liyane nyilih yooo..hehehe
BalasHapusSing loro jempole cah kae Lis.
HapusHehehe
empat jempol buat heru...jempol liyane nyilih yooo..hehehe
BalasHapus