Surya Majapahit - image google |
PROLOG
“Kalian semua
keluar dari Paseban ini!” Perintah Hayam
Wuruk mengakhiri pertemuan dengan para punggawanya.
“Kakang Mada tetap
disini! Aku ingin bicara empat mata!” Sang Raja menyebut nama seseorang. Lelaki
bertubuh tinggi besar yang dipanggil dengan sebutan Kakang dimintanya tidak
meninggalkan ruang pendopo Majapahit.
Para penasehat,
menteri dan senopati yang hadir menghaturkan pamit. Kedua tangan menyembah didepan
wajah, lalu dengan langkah membungkuk berjalan mundur meninggalkan bangunan termegah
di komplek istana.
Hayam Wuruk murka.
Hari itu adalah hari dimana seharusnya ia bersanding dengan Dyah Pitaloka
Citraresmi. Mengucap janji sakral di hadapan para Brahmana. Namun tanpa
sepengetahuannya, terjadi pertikaian antara Gajah Mada dengan rombongan kerajaan Sunda. Pujaan hatinya memilih
jalan bela pati sepeninggal
ayahandanya, Prabu Linggabuana. Sirna sudah impian raja Majapahit untuk
mempersunting putri kerajaan Sunda.
“Tidakkah kau
sadar bahwa tindakanmu ini lancang kakang Mada?” Sorot mata Hayam Wuruk merah
menyala. Giginya gemeletuk. Tangannya mengepal. Ingin sekali ia melayangkan kepalan tangan untuk melampiaskan
amarah kepada sosok yang kini sedang diajaknya berbicara.
“Eyang Wijaya di
alam Sunyaruri pasti akan murka
mengetahui tindakan kita!” Hayam Wuruk berucap sembari membelakangi
Mahamenterinya. Raden Wijaya yang dipanggilnya eyang, pendiri Majapahit adalah
seorang putra Pajajaran, Sunda. Kini keturunannya justru membinasakan tamu kenegaraan
dari tanah moyangnya itu.
“Sembah hamba
kepada paduka. Saya akan mempertanggungjawabkan semua ini.” Sela Gajah Mada.
“Hamba pantang
untuk melanggar sumpah. Nusantara tetap harus dalam kekuasaan satu raja. Majapahit!”
Tegas sang Mahamenteri. Sebelumnya ia telah mengikrarkan sebuah sumpah sakral. Sumpah bahwa Gajah Mada akan berpuasa hingga seluruh wilayah Nusantara
bisa ditaklukkan Majapahit.
“Tapi tidak dengan
cara membunuh Dyah Pitaloka!” Nada suara Hayam Wuruk semakin meninggi. Ingin
sekali ia menampar tetua di hadapannya. Tapi niat itu ia urungkan
setiap kali teringat besarnya jasa Gajah Mada.
“Dyah Pitaloka
membunuh dirinya sendiri. Tak ada satupun yang berani melukai putri itu!”
Bantah Gajah Mada. Meski terjadi
keributan antara dirinya dengan pasukan Linggabuana di pesanggrahan Bubat, tak pernah
sedikitpun calon istri Hayam Wuruk itu diusik.
“Tidakkah paduka
berpikir bahwa Sunda juga harus ditaklukkan?” Bantah Sang Mahamenteri.
“Lepasnya Sunda
akan menciderai kemahsyuran bumi kita. Percuma Surya Majapahit berkibar dimana-mana, tetapi tak pernah ada di
tanah Sunda!” Gajah Mada tetap bersikukuh bahwa tindakannya sudah tepat.
Bagi Sang
Mahamenteri, penyatuan seluruh bumi dan samudera Nusantara tak boleh ada cela.
Termasuk Sunda sekalipun. Meski rajanya sedang gandrung kepada seorang Mojang
Parahyangan. Putri dari penguasa kerajaan Sunda, Prabu Linggabuana. Dyah Pitaloka Citraresmi.
“Ini memalukan!
Bagiamanapun juga semua akan menyalahkan kita!” Hayam Wuruk masih juga belum
bisa menerima penjelasan Mahamenteri.
“Baiklah paduka.
Jika tindakan yang hamba ambil ini salah, silahkan paduka menjatuhkan hukuman.
Hamba siap menanggungnya.” Gajah Mada membela diri. Disaat semua bangunan
argumen yang ia sampaikan tetap saja ditepis, memilih siap bertanggungjawab
tentu pilihan yang paling gentle.
“Obsesimu terlalu berlebihan kakang Mada.
Tekadmu sebenarnya sungguh mulia. Tetapi aku kecewa. Kau pupuskan bunga-bunga
yang mulai bersemi dihatiku. Kau binasakan Sunda juga akhirnya.” Amarah Hayam
Wuruk memuncak. Sesaat suasana ruang pendopo menjadi hening. Mereka berdua saling
membisu.
“Mungkin kau sudah
terlalu lelah kakang. Beristirahatlah dahulu dari Bhayangkaramu.” Ucap Hayam Wuruk memecah keheningan.
“Maksud paduka?”
Gajah Mada mendongak, menatap wajah rajanya dengan mimik keheranan.
“Beristirahatlah
di Madakaripura. Bhaktimu tetap bisa
kau tunjukkan dari sana!” sabda Prabu Hayam Wuruk.
“Sendiko dawuh gusti. Hamba undur diri!”
Seketika Sang Mahamenteri Gajah Mada beranjak meninggalkan pendopo. Tanpa
menunggu penjelasan dari Hayam Wuruk lebih dahulu kenapa ia harus di tempatkan
di Madakaripura.
Gajah Mada sadar,
keputusan rajanya menempatkan ia ke sebuah tanah perdikan kecil bagi seorang
Mahamenteri adalah hukuman. Isyarat bahwa Hayam Wuruk sudah menurunkan
kedudukannya. Menyuruhnya beristirahat di sebuah belantara yang jauh dari
kotaraja, bukanlah tanpa maksud.
Dengan kata lain “Mundurlah
kau dari kerajaanku wahai Gajah Mada!”
****
#MenulisSetiapHari
-------------------------
Catatan
:
Paseban
= Balai yang digunakan untuk menghadap
raja.
Bela
pati = Tindakan bunuh diri sebagai ritual
setelah lelakinya meninggal (suami, saudara laki-laki, ayah, dsb).
Sunyaruri = Alam keabadian (alam setelah
kematian).
Surya
Majapahit = Lambang negeri
Majapahit (bendera dengan logo matahari dan delapan penjuru mata angin).
Gandrung = Tergila-gila karena asmara.
Bhayangkara = Sebutan untuk pasukan Majapahit.
Madakaripura = Nama sebuah desa, kini dikenal dengan
sebutan Tongas (Probolinggo, Jatim).
Sendiko
dawuh = Siap laksanakan
perintah.
Wow, hebat awakmu ki her, salut aku..
BalasHapusWow, hebat awakmu ki her, salut aku..
BalasHapusSuwun Lis, sik belajar iki
HapusSaya mah, cuma bisa geleng-geleng. Saluut. Ini udah kayak ciri khasnya Mas Heru. Mantaap
BalasHapusMakasih, Biasa kok mbk Na .. msh hrs bnyk mengasah kemampuan.
HapusIni kalau dibikin film jadi laga kolosal apa, ya?
BalasHapusDibikin seni teater keren, bang heru...
Ahli sejarah bener, yah... :)
Masih pemula mbk ...
HapusTerima kasih udh mampir
Wah, kompor minyak premium ini namanya...
BalasHapusHahaha ...
Hapus"Gile lu Ndro!" Jawab om Kasino.
Saya jadi kembali belajar sejarah lewat cerita Mas Heru. Suka euy...
BalasHapusTerima kasih mbk Denik.
HapusSama2 belajar.
Salut mas. Aku belajr banyak dari kakang.
BalasHapusAh, aa Gilang ... Saya juga belajar banyak pd tulisan aa yang mengaduk-aduk perasaan itu.
HapusKalau dah bagian sejarah, mas Heru dah ahlinya..., @gilang kalau belajat ma mas Heru ajak2 yaaa..
BalasHapusMbk raidaaaaaaa ... saya bukan Guru :) hehe
Hapusselalu sejarah
BalasHapusdan mempertahankan ciri khas diri
lanjuut kang
Matur suwun mbakyu ..
HapusMelu jempol broo .. sukses selalu
BalasHapusterima kasih bro ..
HapusMelu jempol broo .. sukses selalu
BalasHapusWow. Keren ceritanya mas.. kebayang kl di jadikan serial di tv. Bakal seru.
BalasHapusIya semoga ada produser yang membaca tulisan saya .. wkwkwk :p
Hapusbaru sempat baca... kereeeennnnnnnnn mas Heru....
BalasHapusWuihh...sejarah majapahit, kerajaan besar d jawa...lanjut baca aaa...biar aku paham sejarah tanah jowo yg aku pijak saiki....
BalasHapusKeren mas heru...sorry baru bisa baca skg