image google |
GAJAH MADA
“Hari ini kamu membantu
biyungmu saja Mada, biar bopo selesaikan sendiri pekerjaan ini!” Ucap
Ki Gede Sidowayah, ketika Jaka Mada menyiapkan kayu untuk tungku penempaan besi.
Setiap hari,
pagi-pagi sekali Jaka Mada sudah sibuk menyalakan tungku perapian hingga
membara. Saat Ki Gede Sidowayah memulai
pekerjaan, pengasuhnya itu tinggal menempa besi-besi yang akan dibuat berbagai senjata.
“Tapi aku ingin
membantu bopo dulu.” Jawab Jaka Mada.
Ia masih membelah-belah beberapa potong kayu yang dibawanya dari hutan sepulang menggembala kerbau.
“Tidak usah,
pekerjaan bopo tinggal sedikit Mada.
Tidak sampai setengah hari bopo juga
sudah bisa menyelesaikannya.” Jelas Ki Gede Sidowayah.
“Sebaiknya kamu membantu
biyungmu. Segera gembalakan saja kerbau dan gudelmu
biar bisa makan lebih banyak hari ini!” Perintah Empu yang sudah mengasuh Jaka Mada sejak lahir itu. Menggembala
kerbau adalah tugas yang diberikan Nyai
Wora Wari kepada momongannya.
“Baiklah bopo, saya akan membantu biyung saja, menggembala seharian penuh.”
Jawab Jaka Mada. Ia pun segera menuju kandang. Tempat dua ekor kerbau piaraan
biyungnya.
“Ada apa thole? Tumben pagi-pagi sudah mau berangkat
menggembala?” Tanya Nyai Wora Wari yang sedang membersihkan kandang kerbau. Biyungnya
keheranan, tidak biasanya Jaka Mada menggembala sepagi ini.
“Hari ini pekerjaan
bopo tinggal sedikit. Aku disuruh untuk membantu biyung.” Jelas Jaka
Mada, sambil membantu biyungnya membersihkan kotoran-kotoran kerbau.
“Baiklah kalau
begitu, jangan lupa bawa bekalmu. Biyung sudah merebuskan tales dan uwi di dapur.” Pesan Nyai
Wora Wari mengingatkan momongannya agar tak lupa membawa makanan yang sudah ia
siapkan.
Jaka Mada menuntun
dua ekor kerbaunya keluar kandang. Ia membawa piarannya menuju hutang gunung
Ratu. Menunggui kerbau-kerbau memakan rerumputan sepuasnya disana. Saat
menjelang sore nanti, hewan-hewan itu baru digiringnya pulang.
Kerbau piaraan
Jaka Mada termasuk istimewa dibandingkan kerbau pada umumnya. Badan induknya
gemuk, sedangkan gudelnya yang
berkelamin jantan memiliki struktur tulang tinggi besar. Seperti
penggembalanya, Jaka Mada yang saat itu sudah tumbuh menjadi sosok jejaka berpostur
tegap dan tinggi besar.
*****
Hari masih siang,
matahari sedang terik-teriknya. Teman-teman Jaka Mada sudah datang semua. Para
jejaka desa Modo itu selalu berkumpul di hutan gunung Ratu, bersama-sama
menggembalakan kerbau piaraan masing-masing.
“Bagiamana ini,
jadi adu tanduk lagi apa tidak?” Tanya Jaka Mada kepada teman-temannya. Adu
tanduk menjadi permainan yang biasa dilakukan para pangon kerbau. Mereka mengadu kerbau-kerbau yang digembala. Hingga
kerbau yang lari dianggap kalah.
Anak kerbau piaraan
Jaka Mada selama ini dikenal sebagai rajanya adu tanduk. Diantara para penggembala,
tak ada satu pun kerbau mereka yang mampu menandingi gudel Jaka Mada. Setiap kali diadu, hewan itu selalu menjadi
pemenang.
“Kami menyerah
saja Mada, daripada kerbauku terluka lagi. Malah aku diamuk bopoku nanti dirumah.”
Jawab seorang penggembala.
Hari itu akhirnya
ditiadakan adu tanduk kerbau. Sekawananan penggembala kerbau dari desa
Modo itu pun memutuskan untuk mengistirahatkan hewan-hewan gembalaan dari ajang unjuk
kekuatan. Mereka memilih bermain kejar-kejaran di rerumputan hutan.
Saat Jaka Mada dan
teman-temannya sedang asyik bermain, lewatlah serombongan pasukan yang memasuki
kawasan hutan gunung Ratu. Tampak iring-iringan orang menaiki kuda dengan
membawa panji bergambar Surya Majapahit.
“Prajurit
Majapahit!” Ucap para penggembala itu saling memberitahu satu sama lain. Jaka Mada
dan para penggembala lainnya segera membungkukkan badan, tanda menghormat kepada
rombongan yang lewat.
“Berhenti!”
Perintah seorang prajurit. Sepertinya ia adalah pemimpin dari iring-iringan
rombongan itu.
“Kemarilah kau
anak muda!” Tunjuknya kepada Jaka Mada. Tangannya memegang sebuah gulungan daun
lontar.
“Hormat hamba kepada
paduka prajurit, ada apa gerangan memanggil hamba?” Jaka Mada membungkuk
dihadapan prajurit yang memanggilnya.
“Berikan selebaran
ini kepada orang-orang di desamu!” Ucap prajurit.
“Ampun paduka
prajurit, ini selebaran apa?” Tanya Jaka Mada.
“Sang Prabu
Brawijaya mengadakan palagan adu kebo!” Jelas si pranjurit.
“Sebarkan dan beritahukan
kepada orang-orang!” Lanjutnya.
“Sendiko dawuh!”
Jawab Jaka Mada.
Rombongan para
prajurit Majapahit memberikan beberapa daun lontar kepada para penggembala,
lalu meninggalkan hutan gunung Ratu. Melanjutkan perjalanan. Jaka Mada terus menatap
iring-iringan itu hingga hilang dari pandangannya.
“Gagah sekali
mereka memakai baju Majapahit. Aku ingin menjadi prajurit seperti mereka!”
Batin Jaka Mada.
*****
BERSAMBUNG
#MenulisSetiapHari
-------------------------
Catatan
:
Bopo
= Bapak.
Biyung = Ibu.
Empu = Pembuat pusaka dan senjata tradisional
Jawa.
Tales = Talas.
Uwi = Ubi.
Tales = Talas.
Uwi = Ubi.
Thole = Nak (panggilan untuk anak laki-laki).
Gudel = Anak kerbau.
Pangon = Penggembala.Plagan adu kebo = Arena adu kerbau.
wah tales, uwi
BalasHapuscemilanku waktu kecil
heheheeh gagal fokus
heheee ... sama mbk Wiwid, itu cemilanku juga
HapusWaaah terbayang sosok kuat mada di tempak di tempat yang tepat
BalasHapushahaha ... sedang mengarah kesana aa
Hapusbener mba wid.. aq bayangin tales sama uuwinya...heheheh
BalasHapusMbk sakifah doyang Uwi tales juga??
HapusTales sama uwinya udah dimakan sama Jaka Mada, hehe
BalasHapusNggodok maneh Lis :)
HapusAku kebayang prajuritnya gagah berani pakai seragam yah.
BalasHapuskalau Mbk Vinny yang dibayangin selalu yang gagah2 =D
HapusSemangat banget aku nunggu Mada naik kuda (bukan kebo), hhee
BalasHapusMas Heru, sampaikan salamku pada Mada. Aku suka gayanya.
BalasHapusEh..ada love love yang keluar dari hatiku..hehehe