Senin, 03 Oktober 2016

MENGENAL SOSOK PANDAWA, TOKOH PROTAGONIS DALAM PERANG BHARATAYUDA (Bagian 1)



image google
Perang Bharatayuda adalah satu dari beberapa perang besar dalam kisah pewayangan. Perang ini melibatkan sesama wangsa Bharata (golongan kesatria). Keturunan dari Begawan Abiyasa (Prabu Krisnadipayana, raja Astina).

Dua kubu yang bertikai adalah Kurawa, anak-anak dari Prabu Destaratra melawan Pandawa, anak-anak dari Prabu Pandudewanata. Keduanya adalah putra Sang Begawan Abiyasa.

Seri lengkap perang Bharatayuda baca [ Disini ]

Kurawa digambarkan sebagai tokoh antagonis. Seratus anak-anak Ratu Gandari (istri Prabu Destaratra) ini mewakili sifat angkara murka, serakah, licik dan culas.

Sementara Pandawa digambarkan sebagai tokoh protagonis. Anak-anak Dewi Kunti dan Dewi Madrim (keduanya istri Prabu Pandudewanata) ini mewakili sifat baik, sabar, ikhlas dan taat beribadah.

Pandawa menjadi simbol pesan moral yang ingin disampaikan dalam sebuah pagelaran wayang kulit.

Lima laki-laki bersaudara ini, oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dalam syiar Islam melalui seni budaya, dijadikan pengejawantahan dari lima rukun Islam.

Siapa saja para Pandawa itu?

Apa hubungannya dengan syiar Islamnya Kanjeng Sunan Kalijaga?

Berikut adalah kisah kelima putra Prabu Pandudewanata.

*****
 
1.PUNTADEWA

Pendopo Astina, jelang kelahiran Puntadewa.
“Mandura butuh pertolongan paduka, Prabu Pandudewanata!” sembah Harya Prabu Rukma, utusan dari negeri Mandura.

“Apa yang terjadi, Harya Prabu?” tanya Prabu Pandudewanata yang kala itu sedang berkumpul di pendopo Astina bersama kedua adiknya. Destaratra dan Yama Widura.

“Prabu Yaksadarma, raja dari negeri Garbasumandha ingin mengambil kusumaratu Dewi Maerah.” Jelas Harya Prabu Rukma. Adik Prabu Basudewa, raja Mandura. Sekaligus juga ipar dari Prabu Pandudewanata.

“Kakang Prabu Basudewa mengutus hamba untuk meminta bantuan kepada gusti Prabu Pandudewana mencegah niat Yaksadarma.” lanjut Harya Prabu Sukma.

Prabu Pandudewanata diam sejenak. Seperti ada keraguan dalam hatinya. Hari itu, sejatinya ia sedang memikirkan istrinya yang sedang hamil tua. Dewi Kunti.

Sudah berhari-hari melewati usia kandungan dimana seharusnya Dewi Kunti melahirkan, tetapi belum juga ada tanda permaisurinya segera bersalin. Dalam keadaan cemas seperti itu, datang kabar dari iparnya Prabu Basudewa. Negeri Mandura membutuhkan pertolongannya.

“Widura, berangkatlah menemui Begawan Abiyasa dan Resi Bisma. Mohonlah doa restu dan sarana pertolongan untuk kandungan istriku Kunti!” Perintah Prabu Pandu.

Sendika dhawuh, kakang Prabu!” jawab Yama Widura.

“Destaratra, kamu tetap tinggal di istana. Segera kirim teliksandi jika terjadi apa-apa di Astina. Aku akan berangkat ke Mandura membantu kakang Basudewa!” lanjut raja Astina.

Sendika dhawuh, kakang Prabu!” sembah Destaratra.

Prabu pandudewanata meninggalkan pendopo Astina sesaat. Ia menemui dua istrinya, Dewi Kunti yang sedang hamil tua dan Dewi Madrim di istana kaputren. Mengabarkan bahwa untuk sementara waktu mereka akan di tinggal ke Mandura.

*****

Istana Garbasumandha,
Kesibukan juga terjadi di pendopo sebuah kerajaan bangsa raksasa. Negeri Garbasumandha.

Tampak sang raja negeri itu, Prabu Yaksadarma sedang berkumpul dengan para punggawanya. Patih Kaladruwendra, Ditya Garbacaraka dan abdinya, Togog.

“Garbacaraka, datanglah ke Mandura. Ambil Dewi Maerah untukku!” perintah Prabu Yaksadarma.

Budhal!” jawab Ditya Garbacaraka.

Berangkatlah sepasukan Garbasumandha dipimpin Ditya Garbacaraka bergerak ke Mandura. Turut pula mengawal mereka Patih Kaladruwendra, Arya Endrakusuma dan Togog.

Ketika sampai di Mandura, bala tentara Garbasumandha dipecah menjadi dua kelompok.

Pasukan pertama dipimpin Ditya Garbacaraka bertugas menuyusup ke istana kaputren dan menculik Dewi Maerah.

Pasukan kedua dipimpin Patih Kaladruwendra bertugas memancing konsentrasi prajurit Mandura dengan membikin onar di istana keprabon.

Tak lama setelah kedatangan kedua kelompok pasukan Garbasumandha itu, sampai pula di pendopo Mandura Prabu Pandudewanata dan Harya Prabu Rukma. Konsentrasi mereka pecah setelah terjadi keributan di dua tempat. Istana kepabron dan taman kaputren.

“Tolong selamatkan Dewi Maerah, adi Prabu Pandu!” pinta Prabu Basudewa.

“Jangan kuatir kakang Basudewa, serahkan padaku. Atasi keributan yang ada disini bersama Harya Prabu Rukma dan Harya Ugrasena!” jawab Prabu Pandudewanata.

Bergegas raja Astina menuju istana kaputren. 

Nihil.

Ditya Garbacaraka telah lari meninggalkan taman kaputren Mandura dengan membawa Dewi Maerah. Prabu Pandu yang merupakan seorang kesatria waskita dengan ilmu kadigdayan linuwih segera melesat. Mengejar pasukan penculik sang ratu Mandura.

Belum jauh arak-arakan pasukan Ditya Garbacaraka meninggalkan negeri yang dipimpin Prabu Basudewa, ketika sesosok lelaki berpakaian kebasaran Astina menghadang mereka.

“Minggir kau orang Astina!” bentak Ditya Garbacaraka.

“Turunkan kusumaratu Dewi Maerah!” Prabu Pandudewanata balas menggertak.

“Siapa engkau, orang Astina?” lanjut Ditya Garbacaraka.

“Tidak sadarkah kalau kalian sedang berhadapan dengan Pandudewanata? Raja Astina!” tegas Prabu Pandu.

“Mati aku!” pikir Ditya Garbacaraka. Ia tidak menyangka bahwa bisa bertemu dan berurusan dengan raja yang tersohor ilmu kadigdayaannya itu.

Kocar-kacir bala tentara Garbasumandha menghadapi Prabu Pandudewanata. Tak butuh waktu lama, Dewi Maerah berhasil direbut dan dibawa kembali ke istana Mandura. Sementara Ditya Garbacaraka tunggang langgang lari pulang ke negerinya.

*****

“Aku tidak bisa berlama-lama disini, kakang Basudewa. Istriku Dewi Kunti akan segera melahirkan.” ucap Prabu Pandudewanata kepada Prabu Basudewa setelah berhasil menyerahkan kembali Dewi Maerah.

“Aku pamit.” tutup raja Astina.

“Aku akan menyertaimu ke Astina, adi Prabu Pandu. Sekalian menjenguk Kunti.” Balas Prabu Basudewa.

“Begitu pula aku. Sudah lama tidak bertemu dengan adikku Kunti.” Timpal Arya Ugrasena.

Berangkatlah tiga orang kakak dan adik ipar itu meninggalkan istana Mandura. Menuju negeri Astina, tempat Dewi Kunti sedang berjuang menghadapi kelahiran bayi yang dikandungnya.

Di hutan Mandura, tanpa sengaja mereka bertiga berpapasan dengan pasukan Patih Kaladruwendra. Kelompok yang tadi membikin onar di istana kepabron lalu melarikan diri.

“Ternyata umur kalian sangatlah pendek!” Ucap Prabu Basudewa.

“Kalian akan menyesal telah datang ke negeriku!” Harya Ugrasena ikut berbicara.

“Kalian yang akan menyesal telah bertemu denganku disini, orang-orang Mandura!” gertak Patih Kaladruwendra.

Ketika terjadi adu mulut antara Harya Ugrasena dengan Patih Kaladruwendra, Prabu Pandudewanata maju di tengah mereka. Raja Astina terlihat sangat tergesa-gesa. Tak mau berlama-lama berurusan dengan bangsa raksasa.

“Waktuku tidak banyak. Menyingkirlah!” sela Prabu Pandudewanata. Tanpa aba-aba, dia langsung menerjang Patih Kaladruwendra.

Terjungkal patih dari negeri Garbasumandha. Segera bangun lagi dan mencabut pusakanya. Naas, Prabu Pandudewanata justru dapat merebut senjata milik Patih Kaladruwendra, lalu balik menebaskan ke lehernya.

Seketika kepala Kaladruwendra putus!

Prabu Pandudewanata menendang potongan kepala itu hingga terlempar jauh ke negeri Garbasumandha.

~ BERSAMBUNG ~

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Baca cerita selanjutnya [ Disini ]

Catatan :
sendika dhawuh = siap laksanakan
budhal = berangkat
waskita = tajam, cakap, pandai
ilmu kadigdayan linuwih = ilmu kesaktian berlebih

Prabu Pandudewanata - image google

11 komentar:

  1. Klo Di A*TV dewi kunti berdoa lalu sudah ada bayi dalam gendongannya... Tidak pakai mengandung.

    Banyak versi atau memang di rubah ya Mas?

    BalasHapus
  2. versi Mahabharata di ANtv memang seperti itu (tanpa mengandung dan dilahirkan di luar Astina)
    Tetapi dalam versi wayang kulit, semua Pandawa dikandung Kunti dilahirkan di istana Astina.

    BalasHapus
  3. Ini cerita ttg pandawa yah mas? Masih gak mudeng...

    BalasHapus
  4. Aku penasaran deh gimana mas heru bisa nulis tiap hari cerita sepanjang ini.. untuk bikin cerpen aja aku hutuh beberapa hari..😂 kasih tipsnya mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, mbk Sas ini ...
      Saya juga pontang panting kok.
      Tapi kl boleh berbagi tips, mungkin cuma satu : tetap semangat!
      Iya, semangat itu tipsnya.

      Hapus
  5. Wkwkwk untungnya saya juga sedikit penyuka mahabarata kak 😂😂😂

    Jadi agak paham kak...
    Bagus kak bahasannya sudahan

    BalasHapus
  6. aayiik, cerita tentang pandawa...

    BalasHapus
  7. aayiik, cerita tentang pandawa...

    BalasHapus
  8. Hebat mas, bisa nulis panjang2 setiap hari.. Semangat yang harus ditiru. Diksinya juga siip banget. Berapa lama ya nulis satu posting seperti ini?

    BalasHapus
  9. Hebat mas, bisa nulis panjang2 setiap hari.. Semangat yang harus ditiru. Diksinya juga siip banget. Berapa lama ya nulis satu posting seperti ini?

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *