Sabtu, 08 Oktober 2016

MENGENAL SOSOK PANDAWA, TOKOH PROTAGONIS DALAM PERANG BHARATAYUDA (Bagian 7)


image google


2.WERKUDARA

“Hajar terus ... hahaha!” seru Harya Suman.

Di hutan pinggiran kotaraja Astina, tampak Suyudana dan Dursasana bersama para pengawalnya mengeroyok Puntadewa yang sedang menggendong adiknya. Raden Permadi.

“Pukul aku sepuas kalian, tapi jangan sedikitpun menyentuh adikku.” ucap Puntadewa.

Suyudana dan Dursasana semakin menjadi-jadi. Ia meludahi dan menjambak Puntadewa yang masih berusaha melindungi adik dalam gendongannya. Sedikitpun putra tertua Pandu itu tidak melawan.

Bruakkkk!

Terbalik kereta Harya Suman, ketika seorang bocah bertubuh kekar dan tinggi besar mengangkat dan menjungkalkan tunggangan sang punggawa Astina.

Bocah berpakaian Kain Poleng Bang Bintulu Aji itu langsung menendang Suyudana dan Dursasana. Dihajarnya dua putra Destaratra itu tanpa berucap sepatah katapun. Tanpa memperkenalkan diri.

“Hemmmmmmmmm … lawan aku! Jangan hanya berani mengeroyok!” ucapnya. Ia adalah Bratasena yang sedang melewati tempat itu. Hendak menuju kotaraja Astina.

Datang pula Yama Widura dan Patih Gandamana tergopoh-gopoh mengejar dari kejauhan.

“Hentikan ngger, Bratasena. Mereka masih saudaramu!” seru Yama Widura. Patih Gandamana juga berusaha meredam amarah Bratasena.

“Maafkan kami Harya Suman. Aku dan Patih Gandamana kewalahan mengejar langkah putra gusti Prabu Pandudewanata ini.” jelas Yama Widura.

Tertatih-tatih Harya Suman bangkit. Dipegang pinggang dan kakinya yang tergencet roda kereta. Beruntung lukanya tidak parah. Tanpa membalas sapaan Yama Widura dan Patih Gandamana, adik Dewi Gandari itu langsung ngeloyor pergi bersama Suyudana dan Dursasana.

“Terima kasih.” sapa Puntadewa sambil mengulurkan tangannya.

Ngger Bratasena, ini adalah kakakmu, Puntadewa. Yang digendongnya itu adikmu. Permadi.” Jelas Yama Widura.

“Hemmmmmmm … jadi mereka ini saudaraku.” Ucap Bratasena.

Hari itu, Prabu Pandudewanata dan Dewi Kunti menyambut dengan haru kepulangan Bratasena. Bayi bungkus yang empat belas tahun lalu dibuang ke hutan Mandalasara. Kini ia telah bisa berkumpul dengan orang tua dan saudara-saudaranya di istana Astina.

*****

Seiring perjalanan waktu, Bratasena tumbuh menjadi sosok kesatria muda yang sakti mandraguna. Ahli bermain gada. Seperguruan dengan Suyudana. Sama-sama belajar kepada Prabu Baladewa.

Bratasena atau Bimasena dikenal juga sebagai Jagal Abilawa (nama samara selama di Wiratha , saat menjalani pengasingan atas siasat licik Harya Suman), Werkudara, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena, Wijasena, Dandun Wacana, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga (selalu menang dalam pertempuran), Arya Brata, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta, Bayusiwi, dan Bondan Peksajandu.

Prabu Sri Bathara Kresna, suka memanggilnya dengan sebutan Bungkus.

Ketika bersama ibu dan keempat saudaranya dijebak dalam Bale Sigala-gala (sebuah rumah di tengah hutan lalu dibakar oleh Kurawa), Bratasena diselamatkan oleh seekor musang putih (jelmaan Sang Hyang Antaboga) yang menuntunnya kesebuah terowongan menuju Kahyangan Sapta Pratala.

Disana Werkudara berkenalan dengan Dewi Nagagini, putri Sang Hyang Antaboga yang akhirnya dipersuntingnya. Dari pernikahan ini, ia mendapatkan seorang anak bernama Antareja.

Sekembali dari Kahyangan Sapta Pratala, Werkudara bersama ibu dan saudaranya hidup di hutan Amarta. Sebuah hutan angker dengan penghuni bangsa raksasa.

Werkudara terlibat perkelahian dan menewaskan raja raksasa penghuni hutan itu, Prabu Arimba.

Sebelum meninggal, Prabu Arimba menitipkan adik perempuannya, Dewi Arimbi kepada Werkudara. Perempuan raseksi ini jatuh cinta, tetapi Sang Bimasena menolaknya.

Sabda Dewi Kunti yang mengetahui ketulusan cinta Arimbi mengubahnya menjadi sosok wanita cantik jelita, “Sopo iki, bocah kok ayu temen?”

Werkudara pun menerima cinta Dewi Arimbi. Ia memperistri adik Prabu Arimba itu. Dari pernikahan ini, lahir seorang putra. Gatot Kaca.

Sang Bimasena juga dikenal sebagai kesatria yang menguasai Ajian Blabag Pangantol-antol (diajarkan Gandamana), Ajian Bandung Bondowoso, Ajian Bayubajra, Air Prawitasari, Ajian Sukma Kumbakarna (diperoleh di hutan Maningsraya saat mencari Arjuna yang berburu Wahyu Makutharama). Pusaka yang dimiliknya adalah Gada Rujakpala, Gada Lukitasari (warisan Resi Seta), dan Gada Lambitamuda.

Ciri paling menonjol dari Werkudara adalah tidak bisa berbahasa krama inggil (bahasa Jawa halus). Bimasena selalu menggunakan bahasa ngoko (bahasa Jawa kasar) setiap berbicara dengan siapapun.

Hubungan Werkudara dengan syiar Islam Kanjeng Sunan Kalijaga
Dalam dakwahnya melalui pagelaran wayang kulit, Ulama Besar di tanah Jawa Sunan Kalijaga menggambarkan putra kedua Prabu Pandudewata ini sebagai pengejawantahan rukun Islam yang kedua. Ibadah Shalat lima waktu.

Werkudara tidak bisa berbahasa krama inggil. Tidak peduli sedang bercakap dengan golongan manapun, baik kesatria, brahmana maupun rakyat jelatah. Tetap berbahasa ngoko.

Pesan yang disampaikan Kanjeng Sunan Kalijaga melalui penokohan Werkudara ini adalah  bahasa dalam ibadah Shalat dimanapun sama. Lafal niat dan bacaannya di negara dan  suku apapun tidak ada beda.

Begitu indahnya syiar Islam menggunakan seni dan budaya.


~ BERSAMBUNG ~

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Catatan :
Kain Poleng Bang Bintulu Aji = kain bercorak kotak-kotak hitam putih
Sopo iki, bocah kok ayu temen = siapa ini, anak kok cantik sekali 

Baca cerita sebelumnya [ Disini ]

Werkudara - foto dokumen pribadi
 
Dewi Arimbi - image google

11 komentar:

  1. Aku paling suka.sama Bimasena, dulu waktu SD baca Bima yg menyelamatkan dr bale sigala gala, sudah suka tokoh ini

    BalasHapus
  2. Aku paling suka.sama Bimasena, dulu waktu SD baca Bima yg menyelamatkan dr bale sigala gala, sudah suka tokoh ini

    BalasHapus
  3. mas Heru mengerti betul tokoh pewayangan & karakternya.. salut mas


    Tran Sitampan.com

    BalasHapus
  4. Kayaknya aku ketinggalan nih belum baca episode sebelumnya. Kok tiba2 udah sampe permadi aja

    BalasHapus
  5. Jadi gatot kaca itu anaknya bimasena aka werkudara yah. Bersama istrinya dewi arimbi. Wah... keren2... asik ih. Lanjut mas heruuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbk Vinny, Gatotkaca yang otot tulang besi itu .. hehe

      Hapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *