Senin, 17 Oktober 2016

MENGENAL SOSOK PANDAWA, TOKOH PROTAGONIS DALAM PERANG BHARATAYUDA (Bagian 14)



image google
 3.ARJUNA

Dwarawati, setelah pernikahan Arjuna dan Sembadra.

“Serahkan Wara Sembadra!” ucap Kala Klabangcuring ketika dihadang Setyaki.

“Mencari mati kalian?” sesumbar Setyaki.

Sepasukan besar dari negeri Jajarsewu dipimpin Prabu Kalapardha memasuki alun-alun Dwarawati. Kawanan bangsa raksasa itu menginginkan Wara Sembadra yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan Arjuna.

Senopati Dwarawati, Setyaki langsung menggeber prajuritnya. Tak kalah sigap, Pandawa juga turut membantu menghadang.

Lole-lole … mbegegeg ugeg-ugeg … hemel-hemel … sadulit-dulita … Adi Antaga, apa kabarmu?” Kyai Lurah Semar Badranaya berangkulan dengan Kyai Togog Wijamantri. Saudara kandungnya. Jelmaan dari Sang Hyang Antaga.

Pangestumu kakang Ismaya. Terimalah sembah dan bhaktiku,” jawab Kyai Togog.

Lole-lole … mbegegeg ugeg-ugeg … hemel-hemel … sadulit-dulita … Bawa mundur bendaramu, atau bendaraku Pandawa akan menghancurkan mereka,” lanjut Kyai Lurah Semar Badranaya.

“Percuma kakang Ismaya. Aku sudah tidak bisa mencegah keinginan mereka. Biarlah Kalapardha akan merasakan buah dari perbuatannya,” jelas Kyai Togog.

Perang pun tak terhindarkan. Setyaki berhadapan dengan Kala Klabangcuring. Werkudara menyeret Kala Kurandha dan Kala Kulbandha. Sementara sang pengantin baru, Arjuna adu tanding dengan Prabu Kalapardha.

Seperti yang telah diperingatkan Kyai Togog Wijamantri kepada raja Jajarsewu dan punggawanya, bahwa menyerang Dwarawati hanya akan membuat Kalapardha bunuh diri. Tak ayal, Pandawa dengan mudah mengakhiri kawanan bangsa raksasa.

Kala Klabangcuring dihajar Setyaki hingga meregang nyawa. Kala Kurandha dan Kala Kulbandha habis dicincang tubuhnya oleh Werkudara menggunakan Gada Rujakpala.

Prabu Kalapardha tewas oleh jemparing sang kesatria penengah Pandawa. Arjuna.

*****

Wara Sembadra hidup bahagia bersama Arjuna. Ia menjadi sosok istri yang menjadi panutan bagi semua wanita di jamannya. Begitu mulia budi pekerti dan bhaktinya kapada suami.

Bersama Wara Sembadra, Arjuna mendapatkan seorang anak yang digadang-gadang menjadi penerus tampuk pimpinan keluarga Pandawa. Abimanyu atau Angkawijaya.

Meski telah menikah, Arjuna tetap gemar berguru dan belajar ilmu kadigdayaan. Ia berkelana ke berbagai tempat untuk menambah kesaktian. Hampir di setiap tempat yang di singgahinya, semua wanita memuja-mujanya.

Arjuna pun menikah dengan banyak wanita setelah mempersunting Wara Sembadra, diantaranya :


  • Dewi Srikandi, tidak memiliki anak.
  • Endang Jimambang, memiliki putra Bambang Kumaladewa dan Bambang Kumalasekti.
  • Dewi Palupi atau Dewi Ulupi, dikaruniai anak bernama Bambang Irawan.
  • Dewi Ratri, memiliki anak bernama Bambang Wijanarka.
  • Dewi Dresnala, dikarunia putra Bambang Wisanggeni.
  • Dewi Juwitaningrat, memiliki putra Bambang Senggoto.
  • Endang Manuhara, dikaruniai dua putri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati.
  • Dewi Banowati (istri Prabu Duryudana), beberapa kisah menyebutkan hubungan mereka hanya selingkuhan. Berputri Endang Pergiwati, lalu dititipkan kepada Endang Manuhara untuk menutupi perselingkuhan mereka.
  • Dewi Larasati, memiliki anak Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras.
  • Dewi Gandawati, dikarunia putra Bambang Gandakusuma.
  • Endang Sabekti, memiliki putra Bambang Priyembada.
  • Dewi Antakawulan, dikaruniai anak Bambang Antakadewa.
  • Dewi Supraba, dikarunia putra Bambang Prabakusuma.
  • Dewi Warsiki, tidak memiliki anak.
  • Dewi Surendra, tidak memiliki anak.
  • Dewi Gagar Mayang, tidak memiliki anak.
  • Dewi Tunjungbiru, tidak memiliki anak.
  • Dewi Leng-Leng Mulat, tidak memiliki anak.
  • Dewi Citranggada, dikarunia putra Bambang Babruwahana.
  • Dewi Lestari, tidak memiliki anak.
  • Dewi Larawangen, tidak memiliki anak.
  • Endang Retno Kasimpar,  tidak memiliki anak.
  • Dewi Citrahoyi, tidak memiliki anak.


Begitu tampan dan gagahnya Arjuna, hingga ia dijuluki Lelanange Jagad. Keelokan paras wajah sang kesatria penengah Pandawa ini tidak tertandingi, bahkan oleh Bathara Kamajaya sekalipun.

Perjalanan spiritual Arjuna juga membuatnya semakin digdaya dan memiliki segudang ilmu kesaktian. Begitu rajin ia bertapa brata, hingga dianugerahi banyak pusaka dan Ajian.

Ajian atau ilmu kadigdayaan yang dimiliki Arjuna diantaranya adalah :
  • Aji Panglimunan / Kemayan : ilmu menghilang dari pandangan lawan.
  • Aji Sepiangin : berjalan tanpa jejak.
  •  Aji Tunggengmaya : menciptakan sumber air.
  • Aji Mayabumi : meperbesar wibawa dalam pertempuran.
  • Aji Mundri / Maundri / Pangatep-atep : ilmu memperbesar wujud tubuhnya.
  • Aji Pengasihan : memikat cinta.
  • Aji Asmaracipta : ilmu yang dapat menambah kemampuan olah pikir.
  • Aji Asmaratantra : menambah kekuatan dalam perang.
  • Aji Asmarasedya : manambah keteguhan hati dalam perang.
  • Aji Asmaraturida : menambah kekuatan dalam olah rasa.
  • Aji Asmaragama : menambah kemampuan berolah asmara.
  • Aji Anima : ilmu memperkecil wujud tubuhnya.
  • Aji Lakuna : meringankan tubuh dan dapat melayang.
  • Aji Prapki : menuju tempat tujuan dalam sekejap mata.
  • Aji Matima / Sempaliputri : ilmu mengubah wujud (menjelma sosok lain).
  • Aji Kamawersita : menambah keperkasaan dalam olah asmara.

Sedangkan pusaka-pusaka ampuh yang dimiliki Arjuna antara lain :

Panah Pasoepati, panah Sarotama, panah Ardhadedali (diberikan kepada Srikandi), keris Pulanggeni (diberikan kepada Abimanyu), keris Kala Nadhah (berasal dari taring Bathara Kala, diberikan kepada Gatot Kaca), panah Kyai Sengkali, Cundamanik, Panah Brahmastra, Panah Brahmasirah (membuat alam cerah), panah Parjanya Astra (membuat alam menjadi gelap), panah Agni Astra (panah mengeluarkan api), Busur Gandhewa dari Bathara Baruna, Mergading, terompet Karang Dewadatta, Cupu Manik isi minyak Jayengkaton, cambuk Kyai Pamuk pemberian Resi Wilawuk, dan kuda pusaka Ciptawilaha.

Kuda Ciptawilaha dan cambuk Kyai Pamuk di bawa ke medan perang Bharatayuda oleh Abimanyu.

Karena takut dengan kehebatan Kuda Ciptawilaha, kuda pusaka yang dibawa masuk ke pertahanan Kurawa, Patih Sengkuni menjebak Pandawa dan Abimanyu.

Abimanyu terlepas dari para kesatria Pandawa lainnya. Ia akhirnya terkepung oleh ratusan Senopati Astina (dalam aturan Bharatayuda, tidak diperbolehkan bertanding dengan cara mengeroyok).

Abimanyu  menjadi sasaran empuk  ribuan senjata Kurawa. Ia tewas dengan krocokan gaman sewu.

*****

Prabu Niwatakawaca raja raksasa dari negeri Ngimaimantaka hendak mengobrak-abrik Kahyangan.

Ia murka karena keinginannya untuk mempersunting Dewi Supraba, seorang bidadari, putri dari Bathara Darma ditolak para Dewa. Keinginan Niwatakaca itu menyalahi kodratnya sebagai bangsa raksasa yang sangat terlarang untuk menikahi bangsa bidadari.

Kahyangan gempar, ketika diketahui kesaktian Prabu Niwatakawaca ini tak akan tertandingi. Menurut Dewata, hanya seorang kesatria yang sedang bertapa di gunung Indrakila yang bisa mengalahkannya.

Sang Hyang Manikmaya (Bathara Guru) memanggil Bathara Indra ke paseban agung Kahyangan.

“Adi Indra, kirimlah bidadari untuk membangunkan putramu Arjuna. Goda dan bangunkan ia dari tapa bratanya di gunung Indrakila. Jika ia berhasil melewati ujian ini, berarti Niwatakawaca memang ditakdirkan mati di tangannya!” perintah Bathara Guru.

Sendika dhawuh, pukulun ,” jawab Bathara Indra.

Dewa Hujan itu lalu menemui lima bidadari yang ada di Kahyangan Kawidaren. Ia menyampaikan tugas yang diberikan oleh Sang Hyang Manikamaya.

“Tugas kalian adalah memberhentikan tapa Begawan Mintaraga. Dia sejatinya adalah putra angkatku. Arjuna!” perintah Bathara Indra.

Sendika dhawuh, pukulun,” jawab para bidadari serempak.

Kelima bidadari itu adalah Dewi Supraba sendiri yang menjadi incaran Prabu Niwatakawaca, Dewi Wilutama, Dewi Warsiki, Dewi Gagar Mayang dan Dewi Surendra.

Melesat turun ke Arcapada lima bidadari. Menembus tujuh lapis langit, mendarat di puncak gunung Indrakila. Tampak seorang kesatria dengan garis wajah sangat mempesona sedang bertapa brata. 

Begawan Mintaraga. Begawan Ciptaning!

Lima bidadari dari Kahyangsn Kawidaren merubah wujud menjadi istri-istri Arjuna. Dewi Supraba berhias seperti Sembadra, Dewi Wilutama menjelma menjadi Manohara, Dewi Warsiki merubah diri seperti Ulupi, Dewi Surendra seperti Gandawati, dan Dewi Gagar Mayang seperti Srikandi

Berkali-kali digoda oleh lima bidadari, Begawan Mintaraga tetap saja tidak bergeming dari tempat tapa bratanya. Matanya terpejam, sukmanya melepaskan diri dari segala cipta rasa duniawi.

Kelima bidadari pun kembali ke Kahyangan dan melaporkan kegagalannya.

Bathara Indra sangat senang mendengarnya. Ia yakin bahwa putra angkatnya memang sosok yang tepat untuk menerima amanah para Dewa. Membunuh Prabu Niwatakawaca.

Belum sempat Bathara Indra menghadap Sang Hyang Manikmaya, terjadi keributan di gerbang Kahyangan Suralaya. Prabu Niwatakawaca bersama pasukannya telah datang menyerang.

Para Dewata berhasil mengelabuhi dengan memasang umpan pengganti Dewi Supraba. Dewi Prabasini. Kawanan bangsa raksasa itu mengira usahanya telah berhasil. Mereka pulang ke negeri  Ngimaimantaka.

Begitu murka Prabu Niwatakawaca mengetahui bahwa Dewi Supraba yang di incarnya belum berhasil dibawa. Raja raksasa juga mendapat wangsit bahwa hendaklah ia segera menyerah, karena akan datang seorang kesatria penengah Pandawa yang mengalahkannya.

“Patih Mamangmurka, datanglah ke puncak gunung Indrakila. Bunuh seorang kesatria Pandawa yang sedang bertapa disana!” perintah Prabu Niwatakawaca.

Budhal!” jawab Patih Mamangmurka.


~ BERSAMBUNG ~

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Baca Cerita sebelumnya [ Disini ]
Cerita selanjutnya [ Disini ] 

Catatan :
Jemparing = panah, memanah
Lelanange jagad = lelakinya dunia
Digadang-digadang = sangat diharapkan
budhal = berangkat

Lole-lole, mbegegeg ugeg-ugeg, hemel-hemel, sadulit-dulita = kata latah Semar.
Lole-lole = wahai manusia
mbegegeg = diam
ugeg-ugeg = bergerak
hemel-hemel = mencari makan
sadulit-dulita = sedikit

Kalimat ini mengandung pesan moral "Wahai manusia, jangan hanya diam. Bergerak dan berusahalah mencari makan (nafkah), meskipun hasilnya sedikit tidak apa-apa."
Bathara Guru (Sang Hyang Manikmaya) - dokumen pribadi
 
Begawan Mintaraga (Ciptaning) - foto @begaawanmintaraga

9 komentar:

  1. Jeneng e anak e Bambang kabeh..hahahah

    BalasHapus
  2. Jeneng e anak e Bambang kabeh..hahahah

    BalasHapus
  3. ilmu baru nih bwt saya mas.. mkasih mas Heru

    Tran Ran

    BalasHapus
  4. Istri arjuna namanya dewi semua yah. Anaknya namanya Bambang semua. Itu ajiannya manteb tenan yah mas... sampe buat di ranjang aja ada. Pantes istrinya sampai 20.

    BalasHapus
  5. BAMBANG sebenarnya adalah sebutan untuk nama depan anak dari kesatria laki-laki. Sementara DEWI adalah sebutan untuk nama depan wanita yang terhormat (Bidadari, bangsawan, dll.

    Jadi tidak serta merta nama mereka semua Dewi dan Bambang

    BalasHapus
  6. widih manohara ternyata istrinya arjuna..

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *