Jumat, 07 Oktober 2016

MENGENAL SOSOK PANDAWA, TOKOH PROTAGONIS DALAM PERANG BHARATAYUDA (Bagian 5)



image google


2.WERKUDARA

Empat belas tahun berlalu,
Hutan Mandalasara telah nyaris tak berbentuk. Luluh lantak berantakan. Sejak kedatangan bayi bungkus, para penghuninya mulai dari binatang buas hingga bangsa lelembut merasa tak nyaman lagi berada di tempat itu.

Kini, si bayi sudah semakin besar. Tumbuh menjadi sosok bocah, namun dengan kondisi tetap sama seperti saat dibuang ayahnya. Terbungkus selaput bening.

Si bocah bungkus yang terus mengamuk setiap hari, membuat makhluk halus penunggunya akhirnya naik ke istana taman langit. Menemui Bathari Durga. Ratu segala bangsa lelembut.

Kepada istri Bathara Guru itu, mereka mengadu bahwa ada seorang bocah yang terbungkus selaput tipis, hidup di tengah belantara. Dia mengobrak-abrik seisi hutan Mandalasara.

Bathari Durga menemui suaminya, Bathara Guru.

“Paduka Sang Hyang Manikmaya, saatnya kakanda turun tangan untuk mengatasi bocah bungkus yang dilahirkan Kunti.” Dewi Uma mengadu.

“Jangan kuatir istriku, semua sudah digariskan Dewata. Sekarang memang sudah waktunya si bocah itu keluar dari bungkusnya.” tutur Bathara Guru.

Prokencong prokencong .. pakpak pong pakpak pong .. waru doyong di tegor uwong … Adi Guru, sebaiknya kita turunkan Bathara Bayu untuk menemui bayi bungkus itu.” saran Bathara Narada yang saat itu sedang mendampingi Bathara Guru.

“Kirim pula Gajah Sena. Hanya dia yang bisa merobek selaput pembungkus putra Kunti.” lanjut Bathara Narada.

“Baiklah kakang Narada.” jawab Bathara Guru, lalu mengeluarkan Aji Pameling. Berkontak batin dengan dua nama yang disarankan Bathara Narada.

Datanglah Bathara Bayu. Dewa Angin yang dahulu menyempurnakan saripati benih Pandudewanata pada buah Pertanggajiwa dan tersimpan di rahim Dewi Kunti.

Menghadap pula Gajah Sena, putra dari Erawata. Tunggangan Bathara Indra, Sang Dewa Hujan.

“Bathara Bayu, turunlah ke hutan Mandalasara di Arcapada. Temui bayi bungkus yang dahulu engkau sempurnakan dari benih Pandudewanata. Lengkapi dia dengan busana dan kadigdayaan!” tutur Bathara Guru.

Sendika dhawuh.” jawab Dewa Angin. Bathara Bayu.

“Gajah Sena, tugasmu adalah merobek selaput pembungkus si jabang bayi. Perlu engkau ketahui juga, hidupmu bukan di Kahyangan lagi tempatnya. Berperilakulah yang bijak selama di Arcapada!” tutup Bathara Guru.

Kalimat terakhir ini yang membuat Bathara Bayu memeluk Gajah Sena. Tugas mulia ini akan menghantarkan ia menjadi penghuni Arcapada dalam dimensi kehidupan yang lain.

Sendika dhawuh, pukulun!” tegas Gajah Sena.

Melesat Bathara Bayu dan Gajah Sena meninggalkan Kahyangan. Menembus tujuh lapis langit. Menuju hutan Mandalasara.

Tak berselang lama, menyusul pula Bathara Narada turun ke Arcapada untuk memberi petunjuk kepada Prabu Pandudewanata, “Prokencong prokencong .. pakpak pong pakpak pong .. waru doyong di tegor uwong … Adi Guru, aku juga pamit. Orang-orang Astina harus kita beri tahu keluarnya bocah bungkus ini.”

*****

Istana Astina,
Prabu Pandudewanata, Begawan Abiyasa, Resi Bisma, Patih Gandamana dan Yama Widura sedang berkumpul di pendopo. Tampak hadir pula seorang punggawa baru. Harya Suman.

Mereka sedang membahas nasib putra kedua sang raja Astina. Sudah bertahun-tahun sejak dibuang ke hutan Mandalasara, belum ada petunjuk dari Dewata kapan si bayi akan bisa keluar dari bungkusnya.

Padahal, selama kurun waktu si bayi bungkus di buang ke Mandalasara, Dewi Kunti telah melahirkan lagi putra ketiga Pandudewanata. Raden Permadi namanya.

Begitu pula dengan Dewi Gandari, istri Destaratra. Mereka telah diberikan seratus anak. Sembilan puluh Sembilan laki-laki dan satu perempuan.

Tetapi, si bungkus masih saja berkutat dengan penderitaan di belantara Mandalasara.

“Sembah dan bhakti kami kepada pukulun Bathara Narada!” serentak semua yang hadir di pendopo menghaturkan sembah ketika tiba-tiba sosok seorang Dewa sudah berdiri dihadapan mereka.

Prokencong prokencong .. pakpak pong pakpak pong .. waru doyong di tegor uwong … Aku terima sembah bhakti kalian, semoga bahagia dan sejahtera senantiasa menyertai orang-orang Astina.” jawab Bathara Narada.

“Ketahuilah Pandu, putramu yang empat belas tahun lalu engkau buang ke hutan Mandalasara, hari ini telah tiba waktunya dikeluarkan Dewata dari bungkusnya. Jemput bocah itu!” tutur Bathara Narada.

Sendika dhawuh, pukulun. Terima kasih petunjuknya!” jawab Prabu Pandudewanata.

Sekejap kemudian, lenyap Sang Bathara Narada.

“Aku akan berangkat sekarang juga!” ucap Prabu Pandudewanata kepada para punggawa yang hadir di paseban agung Astina.

“Ampun gusti prabu, sebaiknya paduka tidak perlu berangkat ke hutan Mandalasara. Cukup kirim para punggawa Astina untuk menjemput sang putra.” sela Harya Suman, punggawa baru asal Plasajenar. Adik dari Dewi Gandari.

“Benar yang disampaikan Harya Suman. Biarlah para kesatria kita yang menjemput. Engkau bersama istrimu mempersiapkan penyambutan saja, putraku.” saran Begawan Abiyasa.

“Kirimlah saya, paduka!” Harya Suman menawarkan diri.

“Tidak Harya Suman. Biarlah paman sang bayi, Yama Widura dan Patih Gandamana yang menjemput putraku ke Mandalasara!” jawab Prabu Pandudewanata.

“Berangkatlah sekarang!” tutup sang raja Astina.

Sendika dhawuh, gusti prabu!” jawab Yama Widura dan Patih Gandamana.

Para punggawa Astina membubarkan diri dari pendopo.

Prabu Pandudewanata bergegas ke istana kaputren untuk memberi kabar bahagia itu kepada Dewi Kunti dan Dewi Madrim. Diikuti ayahnya Begawan Abiyasa dan penasehat Resi Bisma.

Yama Widura dan Patih Gandamana memacu kudanya meninggalkan Astina. Cepat-cepat mereka menggeber hewan tunggangan menuju hutan Mandalasara.

Harya Suman pulang ke rumahnya dengan perasaan dongkol. Dalam hati ia kecewa tidak dikirim untuk menjemput putra kedua Prabu Pandudewanata. Rencana yang telah disusunnya gagal total.

Kini, punggawa muda asal Plasajenar itu merancang siasat licik berikutnya.


~ BERSAMBUNG ~

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Baca cerita sebelumnya [ Disini ]

Bathara Guru - Foto dokumen pribadi
Bathara Bayu - image google
Harya Suman - Foto dokumen pribadi


10 komentar:

  1. Halah Harya Suman..apa rencana jahatnya?

    BalasHapus
  2. Aaah... lagi seru bersambung.. kutunggu kelanjutannya mas. Penasaran itu gimana nanti dia keluar dari bungkus bening itu. Dia siapa sih mas?

    BalasHapus
  3. kalo lagi pentas wayang kisah diatas diceritain juga bang???

    BalasHapus
  4. kalo lagi pentas wayang kisah diatas diceritain juga bang???

    BalasHapus

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *