Kamis, 13 Oktober 2016

MENGENAL SOSOK PANDAWA, TOKOH PROTAGONIS DALAM PERANG BHARATAYUDA (Bagian 11)



image google

 3.ARJUNA

Istana Dwarawati, jelang pernikahan Arjuna dan Sembadra.
“Adi prabu Kresna, biarlah Sembadra menikah dengan Burisrawa saja.” ucap Prabu Baladewa kepada adiknya, Prabu Sri Bathara Kresna.

“Sebentar kakang Baladewa. Kita tidak bisa memutuskan sesuatu yang menyangkut hati dan perasaan Roro Ireng tanpa pemikiran matang.” jawab Prabu Kresna. Roro Ireng yang dimaksud raja Dwarawati adalah adik mereka. Nama kecil dari Wara Sembadra.

Hari itu, dua orang putra mendiang Prabu Basudewa, Prabu Baladewa dan Prabu Kresna sedang berkumpul di pendopo Dwarawati. Membicarakan rencana adik perempuan semata wayang, yang kini telah menginjak masa untuk mendapat pendamping hidup.

Keadaan menjadi rumit, ketika banyak kesatria yang mengincar Wara Sembadra.

Prabu Baladewa mendapat amanah dari mertuanya, Prabu Salyapati dan iparnya Prabu Duryudana agar memuluskan hasrat Burisrawa yang tergiur oleh pesona Wara Sembadra.

Burisrawa sendiri adalah adik dari Dewi Erawati, istri sang raja Mandura. Raden Kakrasana yang bergelar Prabu Baladewa.

“Jujur saja, sebenarnya aku mendapat mandat dari ayahanda Prabu Salyapati, meminang Wara Sembadra untuk Burisrawa.” jelas sang kakak.

“Terlambat kakang Baladewa. Adi Puntadewa juga telah meminang Roro Ireng untuk Arjuna.” balas sang adik.

Sehari sebelum kedatangan Prabu Baladewa, rombongan dari negeri Amarta telah sowan ke Dwarawati. Puntadewa beserta keempat adiknya mengutarakan keinginan Arjuna untuk melamar Wara Sembadra.

“Apakah kakang tidak ingat, dahulu romo kita Prabu Basudewa pernah bersabda bahwa antara Arjuna dan Wara Sembadra harus disatukan dalam ikatan pernikahan?” Prabu Kresna mencoba membuka memori ingatan kakaknya.

“Ah, itu kan dulu. Jaman sudah banyak berubah, keinginan romo Prabu Basudewa bisa saja tidak terkabul!” elak Prabu Baladewa.

“Baiklah kakang Baladewa, aku juga tidak ingin berlama-lama menggantungkan nasib para kesatria yang ingin meminang Wara Sembadra. Siapapun boleh mendapatkan adik perempuan kita itu asal bisa memenuhi syarat yang kuinginkan.” lanjut Prabu Kresna yang sejak kecil menjadi pengasuh Wara Sembadra.

“Cocok!” sela Prabu Baladewa.

“Sebagai walinya, aku menginginkan agar saat pernikahan nanti, Roro Ireng harus dinaikkan kereta emas, disertai kembang mayang kayu Dewandaru dari Kahyangan Suralaya, diiringi gamelan Lokananta, dan diarak para Bidadari. Calon pengantin laki-laki juga harus menyerahkan mas kawin berupa kerbau Danu!” tegas Prabu Kresna.

Budhal!” Prabu Baladewa menepuk dadanya.

Raja Mandura, kakak dari Prabu Kresna dan Wara Sembadra yang berperingai berangasan dan ugal-ugalan itu pamit untuk pergi ke Astina. Menemui kedua adik iparnya, Prabu Duryudana dan Burisrawa untuk menyampaikan persyaratan yang diajukan raja Dwarawati.

Sepeninggal sang kakak, Prabu Kresna masuk ke istana kaputren, menemui kedua istrinya, Dewi Setyaboma dan Dewi Jembawati tentang rencana pernikahan ini. Wara Sembadra akan dijodohkan dengan kesatria yang sanggup mempersembahkan syarat yang dia minta.

“Panggil Setyaki ke pendopo!” pinta Prabu Kresna kepada para istrinya seraya berjalan kembali ke paseban agung.

Sendika dhawuh, kakanda prabu.” jawab Dewi Setyaboma dan Dewi Jembawati serempak. Mereka memanggil seorang prajurit, lalu diperintahkan untuk menjemput senopati Dwarawati. Raden Setyaki.

*****

Paseban agung Astina, jelang pernikahan Arjuna dan Sembadra.
“Hahaha … mudah sekali!” tertawa terbahak-bahak Prabu Duryudana mendengar penjelasan kakak iparnya, Prabu Baladewa.

“Kirim orang-orangmu yang terhebat untuk berangkat sekarang juga!” tegas Prabu Baladewa.

“Tenang saja kakang Prabu Baladewa. Kita pasti bisa mendapatkan itu semua!” jawab Prabu Duryudana.

Datang Guru Durna beserta putranya, Bambang Aswatama. Tak lama kemudian hadir pula Patih Sengkuni beserta adik-adik Duryudana. Dursasana, Kartamarma, Citraksa, Citraksi, dan Durmagati.

“Guru Durna, restuilah putramu Aswatama untuk pergi ke Kahyangan. Temui Bathari Wilutama untuk meminjam kayu Dewandaru, gamelan Lokananta, berserta para bidadari!” ucap Prabu Baladewa.

Sendika dhawuh, gusti Prabu Baladewa.” jawab Begawan Durna, lalu membisikkan sesuatu kepada putranya. Bambang Aswatama.

“Sementara engkau paman Patih Sengkuni, ajaklah adik-adikku Kurawa untuk mencari Kerbau Danu!” perintah Prabu Dryudana.

Budhal!” tegas Dursasana.

Berangkatlah para utusan Astina mencari persyaratan yang diajukan Prabu Kresna untuk bisa mempersunting Wara Sembadra.

Aswatama menuju Kahyangan Suralaya menemui ibunya, Bathari Wilutama. Hendak meminjam kayu Dewandaru, gamelan Lokananta, serta meminta para bidadari untuk menjadi pengiring Burisrawa.

Patih Sengkuni (Harya Suman) bersama adik-adik Prabu Duryudana, diantaranya Dursasana, Kartamarma, Citraksa, Citraksi, dan Durmagati berangkat ke hutan Setragandamayit. Mencari kerbau Danu.

*****

Pendopo Amarta, jelang pernikahan Arjuna dan Sembadra.
“Terima kasih kakang Setyaki, mudah-mudahan adikku bisa memenuhi persyaratan yang diminta junjunganmu.” ucap Puntadewa ketika mendengar penuturan Raden Setyaki.

“Semoga Dewata mengabulkan keinginan Raden Arjuna, sehingga hubungan persaudaran antara Pandawa dan Dwarawati semakin erat.” balas Setyaki.

Senopati dari Dwarawati itu diutus oleh Prabu Kresna untuk menyampaikan syarat yang harus dipenuhi semua kesatria peminang Wara Sembadra. Siapapun yang sanggup, dia akan berhak menjadi pendamping putri mendiang Prabu Basudewa.

Hari itu seluruh kerabat Pandawa dan punakawan ikut hadir di pendopo Amarta, negeri kecil yang baru saja dibuka oleh putra-putra Prabu Pandudewanata. Mereka sengaja berkumpul untuk menyambut dan menghormati kedatangan duta negeri Dwarawati. Setyaki.

Lole-lole .. mbegegeg ugeg-ugeg .. hemel-hemel … sadulit-dulita … Ndara Werkudara, pergilah ke hutan Setragandamayit. Mintalah kerbau Danu kepada Dadung Awuk, sang penggembala hewan itu. Temui juga saudaramu tunggal Bayu, Hanoman di Kendalisadha. Pinjam kereta emas dan tiang dhomas pada kera putih itu!” saran Kyai Lurah Semar Badranaya.

“Hemmmmm … apapun akan kulakukan untuk adikku Jlamprong!” tegas Werkudara. Jlamprong adalah panggilan kesayangannya kepada Arjuna.

Melu!” sela Bagong.

Cah edan! Pingin mati?” bentak Kyai Lurah Semar Badranaya kepada putra sulungnya.

Lole-lole .. mbegegeg ugeg-ugeg .. hemel-hemel … sadulit-dulita … Ndara Arjuna, mari kuantar ke Cakrakembang. Kita pinjam kembang mayang kayu Dewandaru, gamelan Lokananta, dan meminta para Bidadari agar bersedia menjadi pengiring ke Dwarawati.” lanjut Kyai Lurah Semar Badranaya.

“Terima kasih kakang Badranaya. Mari kita berangkat. Kakang Puntadewa, kami pamit.” ucap Arjuna.

“Berhati-hatilah adikku, semoga keinginanmu terkabulkan. Pangestuku untuk kalian.” Puntadewa melepas dua adiknya, Werkudara dan Arjuna.

Sang Bimasena, nama lain Werkudara berangkat sendirian menuju hutan Setragandamayit. Rimba belantara yang dikenal angker dengan penghuni berbagai makhluk dari bangsa lelembut.

Sementara Arjuna diiringi para punakawan berangkat ke Cakrakembang di Kahyangan Suralaya. Menemui Bathara Kamajaya dengan menggunakan kedigdayaan Kyai Lurah Semar Badranaya, yang tak lain adalah jelmaan Sang Hyang Ismaya. Leluhur dari para Dewa.


~ BERSAMBUNG ~

(Heru Sang Mahadewa)
Member Of OneDayOnePost

Baca cerita sebelumnya [ Disini ]
Cerita selanjutnya [ Disini ] 

Catatan :
romo = ayah
budhal = berangkat
kembang mayang = sepasang hiasan dalam pernikahan Jawa, terbuat dari dedaunan dan bunga
sendika dhawuh = siap laksanakan
melu = ikut
cah edan = anak sinting
bangsa lelembut = bangsa jin, makhluk halus

Lole-lole, mbegegeg ugeg-ugeg, hemel-hemel, sadulit-dulita = kata latah Semar.
Lole-lole = wahai manusia
mbegegeg = diam
ugeg-ugeg = bergerak
hemel-hemel = mencari makan
sadulit-dulita = sedikit

Kalimat ini mengandung pesan moral "Wahai manusia, jangan hanya diam. Bergerak dan berusahalah mencari makan (nafkah), meskipun hasilnya sedikit tidak apa-apa." 



Wara Sembadra (Roro Ireng) - image google
Prabu Baladewa (Kakrasana) - image google
Prabu Kresna (Narayana) - foto dokumen pribadi


5 komentar:

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *