Kamis, 27 Oktober 2016

MENYUSURI JEJAK SEJARAH DI KOTA NGANJUK (Bagian 2)



Tugu Jaya Stambha (Candi Lor) - dokumen pribadi


Setelah dari Candi Ngetos, perjalanan saya lanjutkan ke situs sejarah lainnya yang ada di kota Nganjuk. Candi Lor.

Rute yang saya ambil masih melalui jalur ketika berangkat tadi. Menuruni kawasan lereng gunung Wilis, jembatan Kuncir lalu kembali ke kecamatan Loceret.

Sampai di perempatan lampu merah Candirejo, sekitar dua ratus meter ke arah barat, saya sudah bisa melihat komplek bangunan yang menjadi cikal bakal berdirinya kota Anjuk Ladang (Nganjuk).

Jika sahabat sekalian menggunakan transportasi umum, dari terminal Anjuk Ladang bisa naik bis antar kota jurusan Nganjuk - Kediri - Blitar, atau angkot jurusan Nganjuk - Berbek - Sawahan. Turun di perempatan lampu merah Candirejo. Dari simpang empat ini, komplek Candi Lor bisa dijangkau dengan jalan kaki.

2.CANDI LOR
Berada di desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Berjarak sekitar 2 km ke arah selatan dari pusat kota. Merupakan sebuah tugu Jaya Stambha yang dibangun oleh Rakryan I Hino Mpu Sindok pada sekitar abad IX.

Tugu ini didirikan untuk memperingati kemenangan besar pasukan Mataram Kuno yang berhasil mengalahkan tentara Melayu (Sriwijaya). Sepanjang peperangan di tanah Jawa melawan kerajaan dari pulau Sumatera, inilah satu-satunya kemenangan gemilang yang diraih Mpu Sindok.

Konon, kemenangan itu diraih karena bantuan penduduk setempat. Untuk memberi penghormatan kepada para penduduk tersebut, maka lima tahun kemudian atau tepatnya pada 10 April 937 Masehi Sri Maharaja Mpu Sindok mendirikan tugu Jaya Stambha dan menetapkan daerah Anjuk Ladang (Tanah Kemenangan) itu sebagai tanah Simma Tantra (tanah bebas pajak).

Kisah lengkap tentang sejarah berdirinya tugu kemenangan itu, silahkan baca [Disini ] dan [ Disini ]

Tugu Jaya Stambha yang telah aus - dokumen pribadi

Candi Lor terbuat dari batu bata merah, seperti corak candi-candi di Jawa Timur pada umumnya. Bangunan inti terdiri dari sebuah tugu setinggi sepuluh meter. Di sebelah barat candi terdapat batu yoni dan umpak sebagai sarana pemujaan jaman dahulu.

Dua makam kuno yang dipercaya sebagai kuburan dari abdi dalem Rakryan I Hino Mpu Sindok juga terdapat di komplek Candi Lor. Beliau adalah sepasang suami istri, Eyang Kerto dan Eyang Kerti, abdi kinasih Sri Maharaja Isyana Darmatunggadewa (gelar Mpu Sindok setelah menjadi raja).

Makam Eyang Kerto - dokumen pribadi
Makam Eyang Kerti - dokumen pribadi

Di ladang tempat kemenangan besar itu pula, ditemukan sebuah prasasti yang terbuat dari batu andesit. Kini bukti catatan sejarah yang dinamakan 'Prasasti Anjuk Ladang' tersebut tersimpan di Museum Nasional dan telah di duplikasi di Museum Anjuk Ladang.

Prasasti Anjuk Ladang - koleksi Museum Nasional

parnnaha nikanan imah unwana san hyan prasada atehera  jaya [sta]mbha
wiwit matewekniranlahakan  satru[nira]  [haj]ja[n]  ri  [ma]layu

“Di tempat yang terpilih ini dijadikan tempat didirikannya bangunan suci, sebagai pengganti tugu kemenangan, di sanalah aku (raja) mengalahkan musuh-musuhku dari Melayu  - terjemahan prasasti Anjuk Ladang oleh de Carparis, pada artikelnya yang berjudul Some Notes on Transfer of Capitals in Ancient Sri Lanka and Southeast Asia.

Warna merah pada bunyi prasasti adalah huruf yang tidak bisa terbaca karena kondisi batu prasasti tersebut sudah aus di beberapa bagian.

Nah, jika sahabat sekalian bepergian ke kota Nganjuk, tidak ada salahnya mengunjungi candi ini, meski sekarang kondisinya sudah nyaris tak berbentuk karena usianya yang telah mencapai lebih dari seribu tahun. Tetapi tidak mengurangi nilai sejarah didalamnya.


Heru Sang Mahadewa
Member of #OneDayOnePost

0 komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *